Jumat, 27 Juli 2012

Ketika Rasulullah SAW Menangis Menyendiri

Suatu ketika para sahabat mendapati Nabi SAW dalam keadaan yang tidak biasanya. Selama beberapa hari beliau tampak bersedih dan menyendiri saja di dalam rumah, tidak keluar kecuali saat shalat berjamaah saja, itupun beliau tidak bercakap-cakap dengan siapapun. Ketika shalat itu Nabi SAW sangat merendahkan diri kepada Allah dan menangis, seolah-olah ada beban begitu berat yang beliau rasakan. Setelah itu pulang dan menyendiri, lagi-lagi sambil menangis. Para sahabat jadi ikut bersedih tanpa tahu apa yang sedang mengganggu pikiran beliau.
Pada hari ketiga, Abu Bakar datang ke rumah Nabi SAW dan berkata, “Assalamu’alaikum yaa ahla baitir rakhmah, apakah saya bisa bertemu Rasulullah SAW??”
Tidak ada jawaban, Nabi SAW hanya diam sehingga (sahabat) pembantu beliau yang menjaga pintu juga tidak berani menjawab dan tidak membukakan pintu. Setelah tiga kali salam tidak ada jawaban, Abu Bakar berlalu pulang sambil menangis tersedu-sedu.
Tidak berapa lama datang Umar bin Khaththab dan berdiri di pintu rumah Nabi SAW. Ia berkata, “Assalamu’alaikum yaa ahla baitir rakhmah, apakah saya bisa bertemu Rasulullah SAW??”
Seperti yang terjadi pada Abu Bakar, tidak ada jawaban, sehingga Umar juga pulang dengan menangis tersedu-sedu.
Kemudian datanglah sahabat Salman al Farisi, ia juga berdiri di depan pintu mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum yaa ahla baitir rakhmah, apakah saya bisa bertemu junjunganku, Rasulullah SAW??”
Seperti pada Abu Bakar dan Umar, tidak ada jawaban sehingga Salman menangis sedih beberapa lamanya, bahkan hingga ia jatuh tanpa menyadarinya. Ia bangkit lagi dan berjalan menuju rumah Fathimah, Salman berkata, “Assalaamu’alaika, wahai putri Rasulullah!!”
Tampaknya sang suami, Ali bin Thalib sedang tidak ada di rumah sehingga Fathimah hanya menjawab salamnya tetapi tidak membukakan pintu. Karena itu Salman berkata lagi, “Wahai putri Rasulullah, sesungguhnya Rasulullah dalam beberapa hari ini sedang menyendiri. Beliau tidak keluar rumah kecuali untuk kepentingan shalat, dan itupun beliau tidak berkata-kata sedikitpun. Beliau juga tidak mengijinkan siapa saja untuk masuk ke rumah beliau!!”
Mendengar pemberitahuan Salman ini, Fathimah segera mengenakan pakaian panjang dan pergi ke rumah Rasulullah SAW. Di depan pintu ia berkata, “Assalaamu’alaika ya Rasulullah, saya adalah Fathimah!!”
Saat itu Nabi SAW sedang sujud dan menangis. Beliau bangkit kemudian bersabda, “Ada apa Fathimah? Aku sedang menyendiri. Bukakan pintu untuk Fathimah!!”
Pintu dibukakan dan Fathimah masuk, seketika itu ia menangis tersedu-sedu melihat keadaan Nabi SAW. Beliau tampak sangat lemah dan pucat pasi, wajahnya sembab karena terlalu sedih dan banyak menangis. Fathimah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang sedang menimpa ayah??”
Nabi SAW bersabda, “Wahai Fathimah, tiga hari yang lalu Jibril datang dan menceritakan tentang neraka….!!”
Rasulullah SAW menceritakan bagaimana Malaikat Jibril menggambarkan keadaan neraka (Uraian lengkapnya, lihat Laman Percik Kisah Hikmah Pemupuk Iman, dengan judul “Malaikat Jibril Menggambarkan Neraka”), sehingga mereka berdua menangis penuh ketakutan, takut akan ‘makar’ Allah. Setelah tangisan mereka agak reda, Jibril menjelaskan lagi bahwa neraka itu mempunyai tujuh pintu, yang masing-masing pintu seluas jarak 70 tahun perjalanan. Pintu yang di bawah lebih panas 70 kali daripada pintu di atasnya.
Nabi SAW bertanya, “Siapakah penghuni pintu-pintu itu?”
Jibril menjelaskan bahwa pintu yang pertama dan yang terbawah sekaligus yang paling panas bernama Hawiyah. Penghuninya adalah kaum munafik, kaum dari Nabi Isa AS yang ingkar setelah diturunkannya hidangan dari langit untuk mereka, dan untuk Fir’aun dan para pengikutnya. Pintu kedua yang di atasnya bernama Jahim, dihuni oleh orang-orang yang musyrik.
Pintu ke tiga adalah Saqar, dihuni oleh orang-orang Shabi’in. Pintu ke empat bernama Ladha, dihuni oleh Iblis dan para pengikutnya, termasuk kaum Majusi. Pintu ke lima bernama Huthamah, dihuni oleh orang-orang Yahudi. Pintu ke enam bernama Sa’ir, dihuni oleh orang-orang Nashrani….
Sampai di situ tiba-tiba Malaikat Jibril terdiam, sementara Nabi SAW menunggu penjelasan lebih lanjut. Merasa aneh dengan diamnya Jibril, Nabi SAW bersabda, “Mengapa engkau memberitahukan penghuni pintu neraka yang ke tujuh??”
Malaikat Jibril tampak segan untuk berbicara, tetapi pandangan mata Nabi SAW tampak ‘memaksa’ untuk mengetahuinya, sehingga Jibril berkata, “Pintu ke tujuh dihuni umat-umatmu yang melakukan dosa besar, dan tidak bertaubat hingga ia meninggal!!”
Mendengar perkataan Jibril yang terakhir, seketika wajah Nabi SAW pucat pasi dan beliau pingsan. Jibril meletakkan kepala beliau di pangkuannya. Setelah sadar, Nabi SAW bersabda, “Betapa besar cobaanku, betapa sedihnya hatiku, jadi ada umatku sebagai penghuni neraka?”
Jibril berkata, “Benar, umatmu yang mengerjakan dosa-dosa besar dan belum bertaubat!!”
Setelah menceritakan hal itu, Fathimah makin terhanyut dan tangisannya makin tersedu. Nabi SAW berkata, “Sejak saat itulah aku teramat sedih dan selalu menangis. Aku banyak bersujud dan merendahkan diri kepada Allah, agar siksa bagi umatku tersebut diringankan oleh Allah!!”
Fathimah berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah mereka itu masuk ke neraka?”
Nabi SAW bersabda, “Mereka digiring malaikat menuju neraka. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka juga tidak disumbat. Mereka juga tidak dirantai atau dibelenggu sebagaimana penghuni neraka lainnya…”
Fathimah bertanya lagi, “Bagaimana keadaannya ketika mereka digiring ke neraka??”
Beliau bersabda, “Orang laki-laki ditarik pada jenggotnya, sedangkan yang perempuan ditarik pada rambut ubun-ubunnya…”
Beliau melanjutkan penjelasannya, bahwa ada di antara mereka yang masih muda, ketika ditarik jenggotnya, mereka berkata, “Betapa sayangnya kemudaan dan ketampananku!!”
Sedangkan kaum wanita yang ditarik rambut ubun-ubunnya, mereka berkata, “Alangkah malunya aku!!”
Ketika malaikat yang menggiring ke neraka bertemu malaikat Malik, malaikat penjaga neraka, Malik berkata, “Siapakah mereka ini? Aku tidak pernah menemukan orang yang disiksa seperti keadaan mereka ini. Wajahnya tidak hitam, matanya tidak biru, mulutnya tidak disumbat, mereka juga tidak digiring dalam golongan syaitan yang dibelenggu atau diikat pada lehernya!!”
Malaikat yang menggiring itu berkata, “Demikianlah keadaannya kami diperintahkan membawa mereka kepadamu!!”
Malaikat Malik berkata, “Wahai orang-orang yang celaka, siapakah sebenarnya kalian semua ini??”
Kisah selanjutnya dari percakapan tersebut bisa dilihat pada Laman ini juga (Percik Kisah Nabi Muhammad SAW) dengan judul : Syafaat Nabi SAW pada Yaumul Makhsyar.
Fathimahpun makin sedih mendengar penjelasan Nabi SAW tersebut, dan menemani Nabi SAW munajat kepada Allah agar umat-umat beliau yang menempati pintu ke tujuh dari neraka itu mendapat keringanan siksaan, dan akhirnya dapat dibebaskan dari neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar