Suatu ketika di
pagi hari, Rasulullah SAW berkumpul bersama beberapa sahabat dan beliau
bercerita tentang Dajjal. Dalam bercerita tersebut terkadang beliau
merendahkan/melirihkan suara, seolah-olah tidak ingin terdengar oleh orang
lainnya kecuali para sahabat tersebut, dan terkadang beliau mengeraskannya.
Melihat ‘dramatisasi’ suara tersebut, para sahabat mengira Dajjal yang sedang
diceritakan tersebut berada di kebun kurma yang berada tidak jauh dari mereka
berkumpul. Beberapa di antara mereka segera berlari ke kebun kurma
mencari-cari, tetapi sesaat kemudian kembali lagi.
Nabi SAW
bersabda kepadanya, “Apa maksudmu?”
Mereka
menjelaskan, akibat pengaruh suara beliau yang kadang direndahkan dan
dikeraskan itu, mereka beranggapan bahwa Dajjal berada di kebun kurma, karena
itu mereka mencari-carinya. Beliau tersenyum mendengar penjelasan tersebut dan bersabda,
“Selain Dajjal, ada yang aku lebih khawatirkan ….!!”
Nabi SAW tidak
menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang beliau lebih khawatirkan daripada
Dajjal tersebut, tetapi dari beberapa sabda beliau lainnya, beberapa ulama
menjelaskan adalah fitnah ‘terbukanya’ dunia. Ketika kemewahan dan kenikmatan
harta benda duniawiah telah menjadi ‘gaya
hidup’ umat Islam, sehingga orientasi hidup akhirat terabaikan. Wallahu A’lam.
Beliau
melanjutkan, “Jika Dajjal keluar sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian,
niscaya cukup aku saja yang melawannya. Jika Dajjal keluar sedangkan aku tidak
berada di antara kalian, maka masing-masing orang harus bisa mempertahankan
dirinya. Allah sebagai gantiku di dalam melindungi setiap muslim. Dajjal adalah
seorang pemuda berambut keriting, matanya agak menonjol keluar. Kalau boleh aku
mengumpamakan, dia itu seperti Abdul Uzza bin Qahtan. Jika di antara kalian
menjumpainya, hendaknya membacakan permulaan Surat al Kahfi kepadanya. Dajjal
keluar di antara Syam dan Irak, kemudian membuat onar ke kanan dan ke kiri.
Wahai hamba Allah teguhkanlah pendirianmu!!”
Seorang sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa lama ia di permukaan bumi?”
Beliau bersabda,
“Empatpuluh hari, sehari seperti satu tahun, sehari seperti satu bulan, sehari
seperti satu minggu, dan hari-hari
lainnya seperti hari-hari biasa.”
Seorang sahabat
berkata, “Wahai Rasulullah, untuk satu hari yang seperti satu tahun, apakah
kita cukup mengerjakan shalat seperti satu hari biasa saja?”
Beliau bersabda,
“Tidak, kira-kirakan saja!!”
Begitu
pentingnya ibadah shalat, sehingga dalam keadaan seperti itu Nabi SAW masih
tetap memerintahkan shalat lima
waktu tanpa keringanan. Artinya, dalam satu hari yang seperti satu tahun, kita
harus melaksanakan shalat lima
waktu sebanyak 365 kali (atau 354 kali untuk perhitungan tahun Hijriah). Untuk
satu hari yang seperti satu bulan, shalat lima
waktu dilaksanakan sebanyak 30/29 kali, dan untuk satu hari yang seperti satu
minggu, dilaksanakan sebanyak tujuh kali.
Mereka bertanya
lagi, “Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatannya di muka bumi?”
Beliau bersabda,
“Seperti awan yang didorong angin…..!!”
Beliau
melanjutkan menjelaskan, bahwa Dajjal akan mendatangi suatu kaum dan mengajak
untuk mereka untuk mengikutinya. Jika mereka percaya dan mengikuti apa yang
diperintahkan, maka ia akan menyuruh langit untuk menurunkan hujan, maka
turunlah hujan. Ia menyuruh bumi untuk menumbuhkan tanam-tanaman, maka
tumbuhlah tanam-tanaman, sehingga kembalilah para penggembala dengan ternak
yang segar bugar, teteknya penuh dengan air susu dan tubuhnyapun gemuk-gemuk.
Kemudian Dajjal
mendatangi suatu kaum lainnya dan mengajak mereka untuk mengikuti dan
mempercayainya, tetapi mereka menolak. Maka Dajjal meninggalkan mereka dalam
keadaan yang sangat menyedihkan, karena tidak ada harta sedikitpun yang
tertinggal bagi mereka. Inilah memang salah satu kelebihan (atau lebih tepatnya
disebut fitnah) yang ‘diijinkan’ Allah akan dimiliki Dajjal, harta kekayaan
dunia akan mengikuti dan ‘patuh’ kepadanya. Jika ia melalui suatu daerah yang
kosong, kemudian berkata, “Keluarkanlah simpananmu!!”
Maka harta
kekayaan daerah itu tiba-tiba muncul dan mengikuti/mengiringi Dajjal kemanapun
ia pergi, layaknya raja lebah yang diikuti oleh pasukannya.
Dajjal juga
dibekali berbagai kelebihan lainnya, layaknya mu’jizat bagi Nabi dan Rasul
ataupun karamah bagi seorang Waliyullah. Ia akan memanggil seseorang yang masih
muda dan memenggalnya dengan pedangnya menjadi dua, kemudian melemparnya ke
tempat yang jauh. Kemudian Dajjal memanggil pemuda itu, dan ia datang dengan
tertawa dan wajah yang berseri-seri menghampirinya. Dajjal juga bisa
‘menghidupkan’ orang yang telah lama mati, seperti Nabi Isa AS, hanya untuk
mempengaruhi seseorang agar mempercayai dan mengikuti dirinya.
Dajjal telah
menebar fitnahnya ke seluruh penjuru dunia (bumi), kecuali kota Makkah dan Madinah yang memang dijaga
oleh Allah. Begitu banyak orang yang tertipu dengan surga dan neraka yang
‘dibawa’ oleh Dajjal. Kaum beriman yang selamat dari tipuannya, bertahan hidup
dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Dalam penjelajahannya, ia selalu
diikuti oleh oleh kaum Yahudi Ishbahan sebanyak tujuh puluh ribu orang, yang
berseragam dan bersenjata lengkap. Ketika pengaruhnya telah merata ke hampir seluruh
penjuru dunia dan telah ‘dituhankan’ oleh sebagian besar pengikutnya, Allah
memerintahkan Nabi Isa AS untuk turun ke bumi.
Beliau turun
pada menara putih di sebelah timur Damaskus, dengan tangan yang berpegangan
pada sayap dua malaikat. Bila beliau menundukkan kepalanya, maka meneteslah air
mata, bila mengangkat kepalanya, maka mengalirlah butiran air yang seperti
mutiara. Orang kafir yang membaui nafas beliau akan mati, padahal nafas beliau
itu bisa dirasakan (dibaui) sejauh batas pandangan. Dajjal ketakutan ketika
mendengar berita ini, maka ia berusaha melarikan diri. Nabi Isa melakukan
pengejaran hingga beliau berhasil membunuhnya di Babul Lud, sekitar 3 km
sebelah barat Baitul Maqdis. Kemudian Nabi Isa mendatangi kaum yang telah
dipelihara Allah dari pengaruh Dajjal, mengusap wajah mereka dan menceritakan
derajad mereka di surga.
Setelah pengaruh
Dajjal yang menimpa kaum beriman telah hilang, Allah menurunkan wahyu kepada
Nabi Isa, “Sesungguhnya Aku telah mendatangkan mahluk kepada hamba-Ku (yakni
kaum yang beriman), yang tiada seorangpun yang bisa memerangi mereka, maka ungsikan
hamba-hambaKu ke bukit Thur…”
Yang dimaksudkan
dengan mahluk itu adalah Ya’juj Ma’juj, yang selama ini telah ‘dipenjara’
(dibatasi) dengan tembok perlindungan yang dibangun oleh Dzulqarnain ribuan
tahun sebelumnya. Tembok baja yang dibuat dari campuran besi dan tembaga itu
memang telah tiba waktunya untuk hancur, sebagaimana dikehendaki Allah,
menyusul turunnya Nabi Isa AS dan matinya Dajjal.
Nabi Isa segera
menggerakkan kaum muslimin menuju Bukit Thursina, salah satu dari empat tempat
yang aman dari serangan Ya’juj Ma’juj, karena Allah telah menugaskan para
malaikat untuk melakukan penjagaan dan perlindungan. Tiga tempat lainnya adalah
Makkah, Madinah dan Baitul Maqdis. Dalam riwayat lainnya disebutkan, Nabi Isa
AS bertahan di Baitul Maqdis. Tidak lama kemudian Ya’juj Ma’juj turun dari
tempat yang tinggi dalam rombongan yang sangat besar dan menyebar ke seluruh
penjuru bumi. Rombongan yang pertama tiba di danau Thabariyah dan mulai meminum
airnya, tetapi rombongan terakhir mendapati danau dalam keadaan kering. Mereka
berkata, “Tadi di sini penuh dengan air.”
Mereka membaur
di antara manusia dan membuat kerusakan yang luar biasa, sebagaimana terjadi
sebelum dipenjara dalam tembok baja di antara dua gunung oleh Dzulqarnain. Saat
itu Ya’juj Ma’juj bukan hanya sekedar menyesatkan dan melukai manusia, tetapi juga
merusak dan menghancurkan sumber makanan. Binatang dan tumbuh-tumbuhan, baik
yang kecil ataupun yang besar dibunuh dan dirusaknya, bumi luluh lantak tidak
berbentuk lagi sebagai tempat hunian yang layak bagi manusia. Kaum muslimin
yang tinggal di empat tempat terlindung tersebut juga dalam keadaan yang sangat
memprihatinkan. Nabi SAW menggambarkan pada para sahabat, “Kepala seekor lembu
saat itu jauh lebih berharga daripada seratus dinar yang kalian miliki saat
ini.”
Dinar adalah
uang emas berkadar 22 K dengan berat hampir 4 gr, berarti saat itu sekitar 400
gr (4 ons) emas dengan kadar 22 K nilainya lebih rendah daripada kepala seekor
lembu.
Ya’juj Ma’juj
masih keturunan Nabi Adam seperti kita juga dan jumlahnya sangat banyak, saat
itu mereka mendominasi permukaan bumi. Nabi SAW pernah menceritakan bahwa Allah
berfirman kepada Nabi Adam AS agar mengirim ‘pasukan neraka’ di antara anak
cucunya. Ketika beliau menanyakan tentang ‘pasukan neraka’ itu, Allah
berfirman, “Dari setiap seribu orang, ada sembilanratus sembilanpuluh sembilan
orang (yang akan masuk neraka).”
Para sahabat yang mendengar hal itu berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimana keadaan kita kalau yang bukan pasukan neraka itu hanya
satu di antara seribu orang?”
Nabi SAW
bersabda, “Bergembiralah, karena di antara kalian hanya satu orang, sedangkan
dari kalangan Ya’juj Ma’juj seribu orang…”
Cukup lama Nabi
Isa dan kaum muslimin dalam penderitaan karena adanya Ya’juj Ma’juj ini, mereka
pun berdoa kepada Allah agar melenyapkannya. Maka Allah mendatangkan penyakit (dalam
riwayat lain, ulat yang menggerogoti) yang menyebabkan Ya’juj Ma’juj di seluruh
bumi itu mati secara serentak. Ada
juga riwayat yang menyebutkan bahwa Ya’juj Ma’juj mati karena dihantam angin
puyuh yang pernah ‘diperintahkan’ Allah untuk menghancurkan kaum ‘Ad.
Setelah itu kaum
muslimin turun dari bukit Thursina, tetapi mereka mendapati bangkai dan bau
busuk Ya’juj Ma’juj memenuhi setiap jengkal tanah. Mereka kembali berdoa kepada
Allah, dan Allah mengirim burung-burung hitam yang menyerupai leher onta, yang
memunguti bangkai Ya’juj Ma’juj dan membuang ke tempat yang dikehendaki Allah.
Kemudian Allah menurunkan hujan deras yang merata ke seluruh bumi untuk
‘men-suci-kan’nya, tetapi tanpa membahayakan manusia yang tersisa saat itu.
Setelah itu Allah berfirman kepada bumi, “Tumbuhkanlah pohon dan buah-buahanmu,
dan keluarkanlah barakahmu….!!”
Saat itulah
tercipta kesejahteraan yang merata di bumi. Seseorang akan merasa cukup dengan
makan sebuah Delima (atau buah lainnya), dan berlindung di bawah pohonnya.
Manusia juga memperoleh keberkahan dengan susu ternaknya, susu dari seekor unta
cukup untuk beberapa kelompok manusia, susu dari seekor sapi cukup untuk satu
kabilah (suku bangsa), dan susu dari seekor kambing cukup untuk beberapa orang.
Saat itu Nabi
Isa AS menjadi pemimpin dunia, tetapi beliau menjalankannya sesuai syariat Nabi
Muhammad SAW. Walaupun saat itu masih ada orang yang ingkar terhadap ajaran
Islam, tetapi mereka tetap mendapat perlakuan adil dari pemerintahan beliau,
seperti halnya yang dilakukan Rasulullah SAW ketika beliau mendirikan
pemerintahan Islam di Madinah. Tidak ada pemaksaan untuk beriman dan memeluk
Islam, apalagi pengusiran dan pembunuhan seperti yang dialami umat Islam
Spanyol ketika pasukan Perang Salib dari Eropa kembali menguasai negeri itu. Hanya
saja simbol-simbol kekafiran dan kemusyrikan seperti salib, berhala-berhala,
dan lain-lainnya akan dihancurkan. Tetapi ada juga pendapat menyebutkan, bahwa
Nabi Isa akan memberlakukan hukum bunuh bagi mereka yang menolak untuk memeluk
Islam. Wallahu ‘Alam.
Keadaan aman
tenteram yang digambarkan Al Qur’an dengan ‘Baldatun Thoyyibatun wa Robbun
Ghofur’ itu berlangsung selama tujuhpuluh tahun. Dan selama itu tidak ada permusuhan
dan dendam di antara sesama manusia. Setelah wafatnya Nabi Isa, Allah akan
mengirimkan angin sejuk (Riihun Baridah atau dalam riwayat lainnya Riihun
Thoyyibah) dari arah Syam yang menyebar ke seluruh penjuru bumi. Tidak
seorangpun yang di dalam hatinya terdapat sebesar dzarrah (atom) dari iman dan
kebaikan kecuali ia akan meninggal karena angin sejuk tersebut, yang akan masuk
ke tubuhnya dari ketiaknya. Bahkan seandainya ada seseorang yang berlari ke gua
di kaki gunung untuk bersembunyi, tetapi di hatinya masih ada iman dan
kebaikan, maka angin sejuk itu akan mengejarnya dan mencabut nyawanya.
Setelah
peristiwa itu bumi hanya akan dihuni oleh orang-orang yang jahat, yang hidup
seperti burung dan berjiwa binatang buas, mereka tidak mengenal kebaikan dan
tidak menolak (meninggalkan) kemungkaran. Dalam keadaan seperti itu, syetan
akan menjelma di antara mereka, tentunya dengan penampilan dan wibawa yang
memikat, dan berkata, “Bukankah kalian semua bersedia melaksanakan perintahku?”
Mereka berkata,
“Apakah yang engkau perintahkan?”
Maka syetan
memerintahkan mereka untuk menyembah berhala (arca), dan mereka bersedia
melakukannya. Kesesatan dan keingkaran mereka makin menjadi-jadi karena saat
itu Allah terus saja memberikan rezeki yang berlimpah pada mereka (yakni,
sebagai bentuk istidraj), dan kehidupan mereka semakin membaik. Maka terus saja
mereka berbuat kerusakan di muka bumi, sampai pada akhirnya Allah memerintahkan
malaikat Isrofil untuk meniup sangkakala tanda kiamat telah tiba.
Ada beberapa tanda-tanda besar (alamat kubra)
lainnya dari kiamat, seperti terbitnya matahari dari arah barat, munculnya Imam
Mahdi, Dabbah, dan asap tebal (Dukhon), tetapi tidak disebut dalam riwayat ini.
Ada perbedaan
ulama dalam urutan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut, mungkin sebelumnya,
di antaranya, atau sesudahnya dari peristiwa yang dikisahkan di atas. Begitu
juga ada ulama yang menambahkan alamat kubra lainnya, yakni runtuhnya Ka’bah
dan hilangnya Al Qur’an, baik secara tulisan dari mushaf-mushaf ataupun dari hafalan
manusia. Tetapi terlepas dari semua itu, kita harus mengimani bahwa
peristiwa-peristiwa akan terjadi di akhir zaman, terlepas dari bagaimana urutan
kejadiannya. Wallahu A’lam.
Note
: rs259904,fia54,fum112