Jumat, 04 Maret 2016

Dajjal dan Beberapa Peristiwa Menjelang Kiamat

Suatu ketika di pagi hari, Rasulullah SAW berkumpul bersama beberapa sahabat dan beliau bercerita tentang Dajjal. Dalam bercerita tersebut terkadang beliau merendahkan/melirihkan suara, seolah-olah tidak ingin terdengar oleh orang lainnya kecuali para sahabat tersebut, dan terkadang beliau mengeraskannya. Melihat ‘dramatisasi’ suara tersebut, para sahabat mengira Dajjal yang sedang diceritakan tersebut berada di kebun kurma yang berada tidak jauh dari mereka berkumpul. Beberapa di antara mereka segera berlari ke kebun kurma mencari-cari, tetapi sesaat kemudian kembali lagi.
Nabi SAW bersabda kepadanya, “Apa maksudmu?”
Mereka menjelaskan, akibat pengaruh suara beliau yang kadang direndahkan dan dikeraskan itu, mereka beranggapan bahwa Dajjal berada di kebun kurma, karena itu mereka mencari-carinya. Beliau tersenyum mendengar penjelasan tersebut dan bersabda, “Selain Dajjal, ada yang aku lebih khawatirkan ….!!”
Nabi SAW tidak menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang beliau lebih khawatirkan daripada Dajjal tersebut, tetapi dari beberapa sabda beliau lainnya, beberapa ulama menjelaskan adalah fitnah ‘terbukanya’ dunia. Ketika kemewahan dan kenikmatan harta benda duniawiah telah menjadi ‘gaya hidup’ umat Islam, sehingga orientasi hidup akhirat terabaikan. Wallahu A’lam.
Beliau melanjutkan, “Jika Dajjal keluar sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian, niscaya cukup aku saja yang melawannya. Jika Dajjal keluar sedangkan aku tidak berada di antara kalian, maka masing-masing orang harus bisa mempertahankan dirinya. Allah sebagai gantiku di dalam melindungi setiap muslim. Dajjal adalah seorang pemuda berambut keriting, matanya agak menonjol keluar. Kalau boleh aku mengumpamakan, dia itu seperti Abdul Uzza bin Qahtan. Jika di antara kalian menjumpainya, hendaknya membacakan permulaan Surat al Kahfi kepadanya. Dajjal keluar di antara Syam dan Irak, kemudian membuat onar ke kanan dan ke kiri. Wahai hamba Allah teguhkanlah pendirianmu!!”
Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa lama ia di permukaan bumi?”
Beliau bersabda, “Empatpuluh hari, sehari seperti satu tahun, sehari seperti satu bulan, sehari seperti satu minggu, dan  hari-hari lainnya seperti hari-hari biasa.”
Seorang sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, untuk satu hari yang seperti satu tahun, apakah kita cukup mengerjakan shalat seperti satu hari biasa saja?”
Beliau bersabda, “Tidak, kira-kirakan saja!!”
Begitu pentingnya ibadah shalat, sehingga dalam keadaan seperti itu Nabi SAW masih tetap memerintahkan shalat lima waktu tanpa keringanan. Artinya, dalam satu hari yang seperti satu tahun, kita harus melaksanakan shalat lima waktu sebanyak 365 kali (atau 354 kali untuk perhitungan tahun Hijriah). Untuk satu hari yang seperti satu bulan, shalat lima waktu dilaksanakan sebanyak 30/29 kali, dan untuk satu hari yang seperti satu minggu, dilaksanakan sebanyak tujuh kali. 
Mereka bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatannya di muka bumi?”
Beliau bersabda, “Seperti awan yang didorong angin…..!!”
Beliau melanjutkan menjelaskan, bahwa Dajjal akan mendatangi suatu kaum dan mengajak untuk mereka untuk mengikutinya. Jika mereka percaya dan mengikuti apa yang diperintahkan, maka ia akan menyuruh langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan. Ia menyuruh bumi untuk menumbuhkan tanam-tanaman, maka tumbuhlah tanam-tanaman, sehingga kembalilah para penggembala dengan ternak yang segar bugar, teteknya penuh dengan air susu dan tubuhnyapun gemuk-gemuk.
Kemudian Dajjal mendatangi suatu kaum lainnya dan mengajak mereka untuk mengikuti dan mempercayainya, tetapi mereka menolak. Maka Dajjal meninggalkan mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan, karena tidak ada harta sedikitpun yang tertinggal bagi mereka. Inilah memang salah satu kelebihan (atau lebih tepatnya disebut fitnah) yang ‘diijinkan’ Allah akan dimiliki Dajjal, harta kekayaan dunia akan mengikuti dan ‘patuh’ kepadanya. Jika ia melalui suatu daerah yang kosong, kemudian berkata, “Keluarkanlah simpananmu!!”
Maka harta kekayaan daerah itu tiba-tiba muncul dan mengikuti/mengiringi Dajjal kemanapun ia pergi, layaknya raja lebah yang diikuti oleh pasukannya.
Dajjal juga dibekali berbagai kelebihan lainnya, layaknya mu’jizat bagi Nabi dan Rasul ataupun karamah bagi seorang Waliyullah. Ia akan memanggil seseorang yang masih muda dan memenggalnya dengan pedangnya menjadi dua, kemudian melemparnya ke tempat yang jauh. Kemudian Dajjal memanggil pemuda itu, dan ia datang dengan tertawa dan wajah yang berseri-seri menghampirinya. Dajjal juga bisa ‘menghidupkan’ orang yang telah lama mati, seperti Nabi Isa AS, hanya untuk mempengaruhi seseorang agar mempercayai dan mengikuti dirinya.
Dajjal telah menebar fitnahnya ke seluruh penjuru dunia (bumi), kecuali kota Makkah dan Madinah yang memang dijaga oleh Allah. Begitu banyak orang yang tertipu dengan surga dan neraka yang ‘dibawa’ oleh Dajjal. Kaum beriman yang selamat dari tipuannya, bertahan hidup dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Dalam penjelajahannya, ia selalu diikuti oleh oleh kaum Yahudi Ishbahan sebanyak tujuh puluh ribu orang, yang berseragam dan bersenjata lengkap. Ketika pengaruhnya telah merata ke hampir seluruh penjuru dunia dan telah ‘dituhankan’ oleh sebagian besar pengikutnya, Allah memerintahkan Nabi Isa AS untuk turun ke bumi.
Beliau turun pada menara putih di sebelah timur Damaskus, dengan tangan yang berpegangan pada sayap dua malaikat. Bila beliau menundukkan kepalanya, maka meneteslah air mata, bila mengangkat kepalanya, maka mengalirlah butiran air yang seperti mutiara. Orang kafir yang membaui nafas beliau akan mati, padahal nafas beliau itu bisa dirasakan (dibaui) sejauh batas pandangan. Dajjal ketakutan ketika mendengar berita ini, maka ia berusaha melarikan diri. Nabi Isa melakukan pengejaran hingga beliau berhasil membunuhnya di Babul Lud, sekitar 3 km sebelah barat Baitul Maqdis. Kemudian Nabi Isa mendatangi kaum yang telah dipelihara Allah dari pengaruh Dajjal, mengusap wajah mereka dan menceritakan derajad mereka di surga.
Setelah pengaruh Dajjal yang menimpa kaum beriman telah hilang, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa, “Sesungguhnya Aku telah mendatangkan mahluk kepada hamba-Ku (yakni kaum yang beriman), yang tiada seorangpun yang bisa memerangi mereka, maka ungsikan hamba-hambaKu ke bukit Thur…”
Yang dimaksudkan dengan mahluk itu adalah Ya’juj Ma’juj, yang selama ini telah ‘dipenjara’ (dibatasi) dengan tembok perlindungan yang dibangun oleh Dzulqarnain ribuan tahun sebelumnya. Tembok baja yang dibuat dari campuran besi dan tembaga itu memang telah tiba waktunya untuk hancur, sebagaimana dikehendaki Allah, menyusul turunnya Nabi Isa AS dan matinya Dajjal.
Nabi Isa segera menggerakkan kaum muslimin menuju Bukit Thursina, salah satu dari empat tempat yang aman dari serangan Ya’juj Ma’juj, karena Allah telah menugaskan para malaikat untuk melakukan penjagaan dan perlindungan. Tiga tempat lainnya adalah Makkah, Madinah dan Baitul Maqdis. Dalam riwayat lainnya disebutkan, Nabi Isa AS bertahan di Baitul Maqdis. Tidak lama kemudian Ya’juj Ma’juj turun dari tempat yang tinggi dalam rombongan yang sangat besar dan menyebar ke seluruh penjuru bumi. Rombongan yang pertama tiba di danau Thabariyah dan mulai meminum airnya, tetapi rombongan terakhir mendapati danau dalam keadaan kering. Mereka berkata, “Tadi di sini penuh dengan air.”
Mereka membaur di antara manusia dan membuat kerusakan yang luar biasa, sebagaimana terjadi sebelum dipenjara dalam tembok baja di antara dua gunung oleh Dzulqarnain. Saat itu Ya’juj Ma’juj bukan hanya sekedar menyesatkan dan melukai manusia, tetapi juga merusak dan menghancurkan sumber makanan. Binatang dan tumbuh-tumbuhan, baik yang kecil ataupun yang besar dibunuh dan dirusaknya, bumi luluh lantak tidak berbentuk lagi sebagai tempat hunian yang layak bagi manusia. Kaum muslimin yang tinggal di empat tempat terlindung tersebut juga dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Nabi SAW menggambarkan pada para sahabat, “Kepala seekor lembu saat itu jauh lebih berharga daripada seratus dinar yang kalian miliki saat ini.”
Dinar adalah uang emas berkadar 22 K dengan berat hampir 4 gr, berarti saat itu sekitar 400 gr (4 ons) emas dengan kadar 22 K nilainya lebih rendah daripada kepala seekor lembu.
Ya’juj Ma’juj masih keturunan Nabi Adam seperti kita juga dan jumlahnya sangat banyak, saat itu mereka mendominasi permukaan bumi. Nabi SAW pernah menceritakan bahwa Allah berfirman kepada Nabi Adam AS agar mengirim ‘pasukan neraka’ di antara anak cucunya. Ketika beliau menanyakan tentang ‘pasukan neraka’ itu, Allah berfirman, “Dari setiap seribu orang, ada sembilanratus sembilanpuluh sembilan orang (yang akan masuk neraka).”
Para sahabat yang mendengar hal itu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana keadaan kita kalau yang bukan pasukan neraka itu hanya satu di antara seribu orang?”
Nabi SAW bersabda, “Bergembiralah, karena di antara kalian hanya satu orang, sedangkan dari kalangan Ya’juj Ma’juj seribu orang…”
Cukup lama Nabi Isa dan kaum muslimin dalam penderitaan karena adanya Ya’juj Ma’juj ini, mereka pun berdoa kepada Allah agar melenyapkannya. Maka Allah mendatangkan penyakit (dalam riwayat lain, ulat yang menggerogoti) yang menyebabkan Ya’juj Ma’juj di seluruh bumi itu mati secara serentak. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Ya’juj Ma’juj mati karena dihantam angin puyuh yang pernah ‘diperintahkan’ Allah untuk menghancurkan kaum ‘Ad.
Setelah itu kaum muslimin turun dari bukit Thursina, tetapi mereka mendapati bangkai dan bau busuk Ya’juj Ma’juj memenuhi setiap jengkal tanah. Mereka kembali berdoa kepada Allah, dan Allah mengirim burung-burung hitam yang menyerupai leher onta, yang memunguti bangkai Ya’juj Ma’juj dan membuang ke tempat yang dikehendaki Allah. Kemudian Allah menurunkan hujan deras yang merata ke seluruh bumi untuk ‘men-suci-kan’nya, tetapi tanpa membahayakan manusia yang tersisa saat itu. Setelah itu Allah berfirman kepada bumi, “Tumbuhkanlah pohon dan buah-buahanmu, dan keluarkanlah barakahmu….!!”
Saat itulah tercipta kesejahteraan yang merata di bumi. Seseorang akan merasa cukup dengan makan sebuah Delima (atau buah lainnya), dan berlindung di bawah pohonnya. Manusia juga memperoleh keberkahan dengan susu ternaknya, susu dari seekor unta cukup untuk beberapa kelompok manusia, susu dari seekor sapi cukup untuk satu kabilah (suku bangsa), dan susu dari seekor kambing cukup untuk beberapa orang.
Saat itu Nabi Isa AS menjadi pemimpin dunia, tetapi beliau menjalankannya sesuai syariat Nabi Muhammad SAW. Walaupun saat itu masih ada orang yang ingkar terhadap ajaran Islam, tetapi mereka tetap mendapat perlakuan adil dari pemerintahan beliau, seperti halnya yang dilakukan Rasulullah SAW ketika beliau mendirikan pemerintahan Islam di Madinah. Tidak ada pemaksaan untuk beriman dan memeluk Islam, apalagi pengusiran dan pembunuhan seperti yang dialami umat Islam Spanyol ketika pasukan Perang Salib dari Eropa kembali menguasai negeri itu. Hanya saja simbol-simbol kekafiran dan kemusyrikan seperti salib, berhala-berhala, dan lain-lainnya akan dihancurkan. Tetapi ada juga pendapat menyebutkan, bahwa Nabi Isa akan memberlakukan hukum bunuh bagi mereka yang menolak untuk memeluk Islam. Wallahu ‘Alam.
Keadaan aman tenteram yang digambarkan Al Qur’an dengan ‘Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur’ itu berlangsung selama tujuhpuluh tahun. Dan selama itu tidak ada permusuhan dan dendam di antara sesama manusia. Setelah wafatnya Nabi Isa, Allah akan mengirimkan angin sejuk (Riihun Baridah atau dalam riwayat lainnya Riihun Thoyyibah) dari arah Syam yang menyebar ke seluruh penjuru bumi. Tidak seorangpun yang di dalam hatinya terdapat sebesar dzarrah (atom) dari iman dan kebaikan kecuali ia akan meninggal karena angin sejuk tersebut, yang akan masuk ke tubuhnya dari ketiaknya. Bahkan seandainya ada seseorang yang berlari ke gua di kaki gunung untuk bersembunyi, tetapi di hatinya masih ada iman dan kebaikan, maka angin sejuk itu akan mengejarnya dan mencabut nyawanya.
Setelah peristiwa itu bumi hanya akan dihuni oleh orang-orang yang jahat, yang hidup seperti burung dan berjiwa binatang buas, mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak menolak (meninggalkan) kemungkaran. Dalam keadaan seperti itu, syetan akan menjelma di antara mereka, tentunya dengan penampilan dan wibawa yang memikat, dan berkata, “Bukankah kalian semua bersedia melaksanakan perintahku?”
Mereka berkata, “Apakah yang engkau perintahkan?”
Maka syetan memerintahkan mereka untuk menyembah berhala (arca), dan mereka bersedia melakukannya. Kesesatan dan keingkaran mereka makin menjadi-jadi karena saat itu Allah terus saja memberikan rezeki yang berlimpah pada mereka (yakni, sebagai bentuk istidraj), dan kehidupan mereka semakin membaik. Maka terus saja mereka berbuat kerusakan di muka bumi, sampai pada akhirnya Allah memerintahkan malaikat Isrofil untuk meniup sangkakala tanda kiamat telah tiba.
Ada beberapa tanda-tanda besar (alamat kubra) lainnya dari kiamat, seperti terbitnya matahari dari arah barat, munculnya Imam Mahdi, Dabbah, dan asap tebal (Dukhon), tetapi tidak disebut dalam riwayat ini. Ada perbedaan ulama dalam urutan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut, mungkin sebelumnya, di antaranya, atau sesudahnya dari peristiwa yang dikisahkan di atas. Begitu juga ada ulama yang menambahkan alamat kubra lainnya, yakni runtuhnya Ka’bah dan hilangnya Al Qur’an, baik secara tulisan dari mushaf-mushaf ataupun dari hafalan manusia. Tetapi terlepas dari semua itu, kita harus mengimani bahwa peristiwa-peristiwa akan terjadi di akhir zaman, terlepas dari bagaimana urutan kejadiannya. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar