Kapan terjadinya Hari kiamat tidaklah diketahui oleh
siapapun kecuali hanya oleh Allah SWT saja. Tetapi Nabi SAW telah menyebutkan
tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat, baik tanda-tanda kecil (sughra) ataupun
besar (kubra), dan salah satu pertanda besar adalah munculnya Dajjal, ketika
kiamat sudah sangat dekat.
Nabi SAW
menyebut Dajjal sebagai pembohong besar dan akan menjadi fitnah terbesar bagi
umat beliau di akhir zaman. Arti kata ‘dajjal’ adalah menutupi, sehingga bisa
dimaknakan bahwa Dajjal adalah sosok yang akan menutupi kebenaran (hak) dengan
kebathilan. Tentunya ‘menutupi’ dengan berbagai macam interpretasinya, bisa
saja dalam arti menyelubungi hingga kebenaran tidak terlihat, mencampur-adukkan
sehingga samar dan tidak dikenali, atau juga menghiasi kebathilan sehingga
tampak dan terlihat sebagai kebenaran. Atau juga makna-makna lainnya.
Tidak ada seorang nabi-pun kecuali
mengingatkan umatnya akan fitnah Dajjal, termasuk Nabi Muhammad SAW. Beliau
bersabda, “Sejak diciptakannya Nabi Adam AS hingga datangnya hari kiamat, tidak
ada perkara (fitnah) yang lebih besar daripada Dajjal.”
Tidak ada
riwayat yang pasti tentang siapa, darimana asalnya, dan kapan lahirnya Dajjal
ini, tetapi Nabi SAW pernah menyebutkan bahwa akan ada sekitar 30 Dajjal yang
turun hingga menjelang hari kiamat. Tentunya Dajjal yang terakhir itulah yang
menjadi fitnah terbesar, yang beliau menyebutkan cirinya bahwa ia buta sebelah
matanya, dan di antara kedua matanya terdapat tulisan ka, fa, ra, yang bermakna
‘kafir’, dan yang dapat membunuhnya hanyalah Nabi Isa AS. Pada masa hidup
beliaupun ada seseorang di Madinah bernama Ibnu Sayyad, yang diperkirakan
adalah Dajjal (atau calon Dajjal di akhir zaman). Termasuk dianggap dajjal juga
adalah para nabi palsu seperti Musailamah al Kadzdzab di Yamamah dan Aswad al
Unsy di Yaman. Ada
yang berpendapat bahwa Dajjal yang turun di akhir zaman itu masih keturunan
dari dajjal-dajjal yang telah muncul sebelumnya.
Suatu
ketika Nabi SAW bersama beberapa sahabat tengah berjalan-jalan, dan beliau
bertemu sekelompok anak tengah bermain, di antaranya Ibnu Sayyad. Melihat
kedatangan beliau, anak-anak itu lari menghindar karena rasa malu dan sungkan,
kecuali Ibnu Sayyad yang tetap saja duduk dengan tidak perduli. Beliau berkata
kepadanya, “Semoga engkau beruntung, apakah engkau mengakui aku sebagai Rasul
Allah?”
Ibnu Sayyad
berkata, “Tidak, justru engkau yang harus mengakui aku utusan Allah!!”
Umar bin
Khaththab yang ikut dalam rombongan sahabat itu berkata, “Ya Rasulullah,
ijinkanlah aku membunuh anak ini!!”
Nabi SAW
bersabda, “Jika benar (ia adalah calon Dajjal akhir zaman), engkau tidak akan
sanggup membunuhnya, tetapi jika tidak, maka tidak ada perlunya engkau
membunuhnya!!”
Seorang
ulama dari Mesir bernama Muhammad Isa Dawud, dengan penelitian dan analisa yang
mendalam terhadap Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW, serta kajian terhadap
berbagai catatan (manuskrip) kuno di wilayah Timur Tengah, termasuk yang
ditemukan di Laut Mati, menyimpulkan bahwa Dajjal dilahirkan sekitar seratus
tahun sebelum kelahiran Nabi Musa AS. Ia akan terus hidup hingga akhir zaman,
tetapi saat ini ‘menyembunyikan diri’ hingga waktu yang dikehendaki Allah untuk
muncul, dan mengaku sebagai nabi bahkan sebagai tuhan, dengan berbagai macam
kemampuan dan kekuatan luar biasa yang amat menakjubkan, layaknya sebuah mu’jizat.
Pada saat Nabi SAW diutus menyampaikan Risalah Islamiyah, Dajjal tersebut
dibelenggu di suatu pulau terpecil dan sangat rahasia yang jarang diketahui
orang. (Kisah lebih lengkap tentang hal ini dapat dibaca pada Laman (Blog)
Percik Kisah Nabi Muhammad SAW, dengan judul : Tanda Kenabian Menjelang Kelahiran Nabi SAW (3), Dajjal Dibelenggu).
Adanya pendapat bahwa Dajjal akhir
zaman telah hidup di masa Nabi SAW, tetapi dalam keadaan terbelenggu, didukung
dengan pengalaman seorang sahabat bernama Tamim Ad Daari, yang tadinya seorang
pendeta Nashrani dari Palestina. Ketika itu ia tersesat di tengah lautan karena
kapalnya rusak, dan terdampar di suatu pulau terpencil. Pengalaman menakjubkan
sekaligus menakutkan, yang akhirnya membawanya kepada hidayah keislaman.
Ketika Tamim dan rombongannya dalam
suatu perjalanan mengarungi lautan di sekitar laut Yaman atau sekitar laut
Syam, kapalnya mengalami kerusakan sehingga ia terombang-ambing tanpa arah yang
pasti. Tidak tanggung-tanggung, selama sebulan penuh ia dipermainkan ombak,
beserta sekitar tigapuluh orang penumpang dan awak kapal, yang kebanyakan dari
mereka berpenyakit kulit dan lepra. Tiba-tiba mereka terdampar di sebuah pulau
di arah matahari terbenam, suatu pulau yang mereka semua tidak tahu pasti dimana
tempat kedudukannya.
Mereka menepi dengan sebuah sampan kecil dan memasuki pulau
tersebut. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan munculnya binatang yang berbulu
sangat tebal, sehingga tidak diketahui mana bagian kepalanya dan mana bagian
ekornya. Tamim sempat berkata kepada binatang tersebut, tentunya tanpa
mengharapkan jawaban apa-apa, terlontar begitu saja karena rasa terkejut,
"Apakah kamu ini?"
Tetapi sungguh mengejutkan,
ternyata binatang tersebut memberikan jawaban, "Saya adalah al
Jassasah..!!"
"Apakah al Jassasah itu?"
Tanya Tamim.
Binatang tersebut mengabaikan
pertanyaan mereka dan justru berkata, "Wahai kaum, pergilah kalian kepada
orang yang berada di dalam biara di sana ,
karena sesungguhnya ia sangat merindukan berita dari kalian…!!"
Tak jauh dari pantai tersebut
memang tampak sebuah bangunan yang menempel pada dinding gunung, yang
sebenarnya lebih tepat disebut sebagai gua daripada biara. Mendengar penuturan
tersebut, mereka segera berlalu menjauhi binatang aneh yang menakutkan
tersebut. Mereka berfikir, binatang tersebut adalah syaitan atau penjelmaan
syaitan.
Mereka bergegas memasuki gua,
tetapi sekali lagi mereka mendapati pemandangan mengejutkan. Seorang lelaki
tinggi besar dan sangat tegap tubuhnya tampak terbelenggu pada dinding gua. Kedua
tangannya terikat dengan rantai besar ke kuduknya. Antara kedua lutut dan dua
mata kakinya terdapat rantai besar yang membelenggunya sehingga ia tidak
mungkin keluar dari gua tersebut. Tamim dan teman-temannya bertanya,
"Siapakah engkau ini??"
Seperti halnya binatang yang
mengaku bernama Jassasah tadi, lelaki tinggi besar tersebut tidak mau membuka
hakikat dirinya. Tetapi ia berkata, "Kalian telah mengetahui keadaanku
seperti ini, karena itu beritahukanlah kepadaku, siapakah kalian ini?"
"Kami adalah orang-orang dari
Arab…" Kata Tamim ad Daari…
Kemudian Tamim menceritakan keadaan
mereka sejak terkatung-katung di lautan, sampai akhirnya terdampar di pantai,
bertemu binatang yang mengaku bernama al Jassasah, dan menyuruhnya untuk
menemui seorang lelaki di dalam biara
atau gua tersebut. Tamim menutup ceritanya dengan berkata, "Kami bergegas
meninggalkan dia (al Jassasah) dan menemui engkau karena kami merasa tidak
aman, jangan-jangan dia itu syaitan..!!"
Lelaki tersebut tidak banyak
menanggapi cerita Tamim, ia justru berkata, "Beritahukanlah kepadaku
tentang desa Nakhl Baisan!"
Nakhl Baisan adalah sebuah negeri
yang terkenal di dekat Syam lama, dan termasuk dalam wilayah Palestina. Tamim
berkata, "Tentang apanya yang ingin engkau ketahui?"
"Tentang kurmanya, apa
berbuah?"
"Ya, masih berbuah!!"
Kata Tamim.
"Ketahuilah, sesungguhnya
kurma-kurma tersebut akan tidak berbuah lagi..!!" Kata lelaki tersebut.
Sesaat kemudian lelaki tersebut
berkata, "Beritahukanlah kepadaku tentang danau ath Thabariyah..!!"
Danau ath Thabariyah adalah sebuah
danau besar yang terletak sekitar 150 km dari Baitul Makdis. Lebarnya sekitar
10 km dan panjangnya sekitar 15 km, airnya tawar manis dan cukup banyak ikannya
sehingga menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Danau ini cukup
dalam dan dapat dilayari kapal, tetapi makin hari airnya makin berkurang. Tamin
bertanya kepada lelaki tersebut, "Tentang apanya yang ingin engkau
ketahui?"
"Apakah masih ada
airnya?"
"Ya, airnya banyak
sekali!!"
"Ketahuilah, airnya akan berangsur
berkurang dan akhirnya habis..!!" Kata lelaki tersebut.
Sesaat kemudian ia bertanya lagi,
"Beritahukanlah kepadaku tentang mata air azh Zughar!!"
"Tentang apanya yang ingin
engkau ketahui?"
"Apakah sumbernya memancarkan
air yang bisa digunakan penduduknya untuk menyiram tananamnya?"
"Benar, " Kata Tamim,
"Airnya sangat banyak dan penduduk sekitarnya menggunakannya untuk
bercocok-tanam."
Lelaki tersebut bertanya lagi,
"Beritahukanlah kepadaku tentang Nabi yang ummi, apa yang
dilakukannya..!!"
Walaupun Tamim dan orang-orang yang
bersamanya belum memeluk Islam, tetapi kabar tentang Nabi SAW memang telah
menyebar luas, bahkan dakwah Islam juga telah sampai di Syam dan Palestina. Ia
menjawab, "Beliau telah berhijrah, meninggalkan kota Makkah pindah ke Yatsrib
(Madinah)!!"
"Apakah orang-orang Arab
memeranginya?" Tanya lelaki tersebut.
"Ya!!"
"Apakah yang dilakukannya atas
mereka?"
"Beliau telah menundukkan
orang-orang Arab terdekatnya, sehingga mereka mengikuti dan mematuhinya!!"
"Benarkah seperti itu?"
Tanya lelaki itu.
"Benar..!!" Kata Tamim.
"Ketahuilah," Katanya
lagi, "Bahwasanya lebih baik bagi mereka untuk mematuhinya…!!"
Setelah rangkaian panjang
pembicaraan tersebut, barulah lelaki tersebut membuka dirinya, ia berkata,
"Aku akan memberitahukan tentang diriku pada kalian. Aku adalah al Masih
dan aku hampir diizinkan untuk keluar (dari tempat ini). Jika aku keluar, aku
akan berjalan di muka bumi, aku tidak melewati suatu kampung/negeri kecuali aku
akan tinggal di sana selama empatpuluh malam,
kecuali kota
Makkah dan Thayyibah. Kedua kota
tersebut diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki kota tersebut, aku dihadang oleh para
malaikat yang membawa pedang, mereka mengancam akan memenggal kepalaku. Setiap
celah jalan di kedua kota
tersebut dijaga dengan ketat oleh para malaikat…!!"
Tamim dan teman-temannya
terperangah kaget dengan pengakuan lelaki tersebut sebagai al Masih. Bagi Tamim ad Daari yang seorang pendeta dan cukup
menguasai Injil, nama al Masih tentulah tidak asing. Hanya ada dua al Masih,
yakni al Masih Isa ibnu Maryam dan al Masih ad Dajjal. Setiap Nabi dan Rasul
selalu mengingatkan umatnya akan bahaya dan fitnah terbesar dari al Masih ad
Dajjal ini, termasuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam pemikiran Tamim, kalau al
Masih Isa ibnu Maryam telah wafat di tiang salib, begitu menurut kepercayaannya
sebagai seorang Nashrani saat itu, tentulah lelaki tinggi besar dan kekar di
depannya ini adalah al Masih ad Dajjal, yang akan menjadi fitnah terbesar di
akhir zaman, begitu kesimpulan yang diambil oleh Tamim ad Daari. Karena itu segera saja ia mengajak
teman-temannya untuk meninggalkan pulau tersebut. Walau dalam keadaan
terbelenggu saat itu, ia khawatir sang Dajjal tersebut akan menimbulkan bahaya
bagi dirinya dan teman-temannya.
Setelah keluar dari pulau tersebut
dan kembali mengarungi lautan lepas, perahu yang ditumpanginya mendapat
pertolongan dari perahu lain dan akhirnya bisa pulang ke tempat asalnya di
Palestina. Beberapa hari kemudian ia memutuskan untuk memeluk Islam dan mendatangi
Nabi SAW di Madinah, dan tiba di malam hari.
Pada pagi harinya setelah shalat
shubuh, Nabi SAW berdiri di mimbar, sambil tersenyum beliau bersabda,
"Hendaknya setiap orang tetap tinggal di tempat shalatnya. Tahukah kalian,
kenapa aku mengumpulkan kalian saat ini?"
"Hanya Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui…!!" Kata para sahabat.
Beliau bersabda lagi,
"Sesungguhnya aku, demi Allah, mengumpulkan kalian bukan karena ada
pengharapan atau ketakutan, tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad
Daari, yang dahulunya seorang Nashrani datang kepadaku untuk berba'iat memeluk
Islam. Ia menceritakan kepadaku, seperti yang pernah aku sampaikan kepada
kalian tentang Dajjal…"
Nabi SAW kemudian menceritakan
pengalaman Tamim ad Daari sejak terombang-ambing di lautan selama satu bulan sampai akhirnya terdampar di suatu
pulau yang dihuni oleh al Masih ad Dajjal. Beliau menceritakannya secara mendetail seperti ketika Tamim menceritakannya
kepada beliau. Setelah sampai pada
perkataan Dajjal tentang dua kota , Makkah dan
Thayyibah, beliau memukulkan tongkat beliau pada mimbar dan bersabda,
"Inilah Thayyibah, inilah Thayyibah, inilah Thayyibah, yakni kota Madinah ini. Bukankah
aku telah memberitahukan hal ini kepada kalian?"
"Benar, ya
Rasulullah..!!" Kata para sahabat.
Kemudian beliau bersabda lagi,
"Sungguh cerita Tamim ini sesuai benar dengan apa yang telah aku sampaikan
kepada kalian (tentang Dajjal), dan juga tentang kota Makkah dan Madinah. Ketahuilah, Dajjal
ini berada di laut Syam atau di laut Yaman…"
Sesaat terdiam, kemudian beliau
bersabda lagi, "Oh, tidak!! Tetapi dia akan datang dari arah timur…dari
arah timur…dari arah timur…!!" Sambil bersabda tersebut, tangan beliau
menunjuk ke arah timur, entah tempat di timur mana yang dimaksudkan Nabi SAW.
Tidak ada riwayat yang pasti
tentang aktivitas Dajjal hingga telah dekatnya hari kiamat kelak. Ada yang berpendapat bahwa
Dajjal dalam keadaan terbelenggu, dan setiap saat ia menggerogoti belenggunya
tersebut, tetapi ketika ada adzan dikumandangkan, belenggunya makin menebal dan
menguat. Dajjal tidak akan pernah bosan dan berhenti untuk menggerogoti, hingga
apabila tidak ada lagi yang mengumandangkan adzan di bumi, belenggunya akan
terlepas atau putus dan ia mulai berjalan di bumi untuk menebarkan fitnahnya.
Wallahu A’lam.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa
Dajjal akan melakukan ‘perjalanan fitnahnya’ di bumi itu selama 40 hari
(malam). Satu hari pertama itu lamanya seperti satu tahun, satu hari ke dua
lamanya seperti satu bulan, satu hari lagi lamanya seperti satu minggu, dan
hari-hari lainnya seperti hari biasanya. Ia bergerak dan berpindah di bumi
begitu cepatnya layaknya awan yang bergerak karena didorong angin. Hampir semua
wilayah di bumi dijelajahinya untuk menebarkan fitnah dan tipuannya, kecuali
Makkah dan Madinah. Setiap jalan dan lorong-lorong di dua kota tersebut dijaga dengan ketat oleh para
malaikat, dan Dajjal tidak berani memasukinya. Dajjal sempat berhenti di suatu
tempat gersang di dekat Madinah, tiba-tiba terasa tiga kali goncangan (semacam
gempa). Bagi kaum muslimin, gempa itu tidak berpengaruh apa-apa, tetapi hal itu
membuat orang-orang kafir dan munafik menjadi gelisah dan tidak kerasan. Karena
itu keluarlah mereka itu dari kota Nabi SAW tersebut
dan bergabung dengan Dajjal, sehingga tidak tersisa satu orang pun di antara
mereka di dalam kota .
Dajjal adalah sosok yang sangat jenius, ia mengetahui berbagai ilmu
pengetahuan dan menguasai berbagai macam rahasia alam semesta. Sebagian riwayat
menyebutkan bahwa ia juga sangat menguasai ilmu-ilmu keislaman, sehingga pada
awal kemunculannya nanti, ia tampil sebagai seorang muballigh yang saleh
sehingga banyak sekali pengikutnya. Ia bisa menampilkan berbagai macam
keajaiban karena pengetahuannya akan rahasia alam semesta, dan tentunya karena
diijinkan oleh Allah. Ketika para pengikutnya makin banyak dan memujanya, ia
mengaku dirinya sebagai nabi, dan akhirnya mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Walau telah hidup ketika Nabi SAW diutus (atau bahkan sejak Nabi Musa
AS belum dilahirkan, menurut suatu pendapat), ketika nantinya muncul menebar
fitnah, ia seperti seorang pemuda berambut keriting, sama sekali tidak
mencerminkan seseorang yang berusia ribuan tahun (mungkin dalam film-film
Amerika/Eropa digambarkan seperti Vampire). Matanya agak menonjol keluar dan
salah satunya buta. Setiap orang yang beriman akan bisa melihat dan membaca
huruf ka, fa, ra di antara dua matanya, yang berarti ‘kafir’. Ia akan muncul di
antara Syam dan Irak, atau dalam riwayat lainnya, di Khurasan yang berada di Iran
sekarang. Ia akan selalu diikuti oleh tujuh puluh ribu (atau lebih banyak lagi)
orang-orang Yahudi Ishbahan yang berseragam dan bersenjata lengkap. Ketika
kemunculannya itu seolah-olah dunia ada di genggamannya.
Dajjal dan pasukannya akan mendatangi suatu kaum dan mengajak mereka
mengikutinya. Jika mereka mau percaya dan mengikuti ajarannya, maka Dajjal akan
memberikan kemakmuran pada kaum tersebut. Ia akan memerintahkan langit untuk
menurunkan hujannya, memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya,
dan semua itu seketika menjadi kenyataan, bahkan lebih segar dan lebih baik
dari sebelum-sebelumnya. Ternak-ternakpun menjadi gemuk dan mengeluarkan air
susu dengan banyaknya. Tetapi jika kaum itu menolak, maka Dajjal akan
meninggalkan kaum itu dalam keadaan yang sangat menyedihkan, tanah gersang,
makanan tidak ada dan harta kekayaan mereka itu seketika lenyap.
Dalam kesempatan lainnya, Dajjal akan mendatangi suatu kaum dengan
membawa air dan api. Jika kaum itu mau mengikuti ajarannya, maka ia akan
memberikan air dan kaum itu akan merasakan kesenangan dan kenikmatan dalam
hidupnya. Tetapi jika menolak, maka Dajjal akan memberikan api yang menyebabkan
kaum itu merasakan kesengsaraan dan kesulitan hidup yang luar biasa. Dalam
riwayat lainnya, Dajjal membawa semacam surga dan neraka, ia akan memberikan
surga kepada mereka yang taat dan mengikutinya, dan memberikan neraka kepada
mereka yang ingkar dan menolak ajakannya. Dalam riwayat lain lagi, Dajjal akan
membawa atau diikuti dengan bukit roti (artinya bahan makanan yang berlimpah)
dan sungai dengan air yang sejuk dan berlimpah (maksudnya berbagai macam
minuman yang nikmat dan menyegarkan), yang dengan keduanya ia mempengaruhi
orang-orang untuk mengikutinya.
Mereka yang memilih untuk percaya dan taat kepada Dajjal sehingga memperoleh
kesenangan dalam hidupnya, air yang sejuk dan juga kenikmatan surga yang
dibawanya, pada hakekatnya telah menjatuhkan pilihan yang salah, dan akan
memperoleh kesengsaraan abadi di akhirat kelak. Sebaliknya mereka yang ingkar
sehingga merasakan kesengsaraan dalam hidupnya, layaknya sedang dalam bara
panas api neraka, bahkan jadi mati sekalipun, pada hakekatnya menjatuhkan pilihan
yang benar, dan akan memperoleh kenikmatan abadi di akhirat kelak. Nabi SAW
berpesan, “ ….barang siapa di antara kalian berjumpa dengan Dajjal, maka
hendaknya ia menjatuhkan pilihannya pada apa yang terlihat api, karena
sesungguhnya itu adalah air yang segar dan baik!!”
Jika Dajjal melalui suatu daerah yang kosong dan tidak berpenghuni,maka
ia akan berseru, “Keluarkanlah simpananmu!!”
Maka harta kekayaan yang ada di daerah itu tiba-tiba muncul dan
terkumpul, dan bergerak mengikuti kemana Dajjal bergerak/berpindah, layaknya
para lebah yang bergerak mengikuti gerak perpindahan pemimpinnya. Emas, perak,
permata dan lain-lainnya seolah bernyawa saja bisa bergerak sendiri, atau
mungkin dibawa oleh jin-jin kafir dan syetan yang tidak nampak, yang saat itu
memang menjadi masa kejayaannya di bawah kepemimpinan Dajjal.
Untuk menunjukkan kekuatan dan kemampuannya, Dajjal akan memanggil
seorang anak muda dan memenggalnya menjadi dua, kemudian melemparkan ke dua
arah yang berlawanan. Dajjal memanggilnya kembali dan anak muda tiba-tiba
muncul dengan tertawa dan wajah yang berseri-seri. Ia juga menunjukkan
kemampuannya untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit secara instan, termasuk
penyakit bawaan lahir, kebutaan dan lain-lainnya, bahkan ia ‘seolah-olah’ bisa
menghidupkan orang yang telah mati, sebagaimana mu’jizat Nabi Isa AS.
Dalam suatu kesempatan, jika ada orang yang ‘didakwahi’ Dajjal itu ingin
dipertemukan dengan orang tuanya yang telah meninggal, atau bahkan nenek
moyangnya yang telah ribuan tahun dikuburkan, permintaan itu akan dipenuhinya
juga. Dajjal akan memerintahkan syaitan untuk menyerupakan diri dengan dua
orang tuanya, dan muncul di hadapannya dengan penampilan mewah dan penuh
kebahagiaan, kemudian berkata, “Wahai anakku, sebaiknya engkau percaya dan
mengikuti Tuhanku ini (yakni, Dajjal) agar hidupmu tidak sengsara. Lihatkah aku
orang tuamu ini, aku bisa hidup mewah dan bahagia seperti ini karena mengikuti
perintah Tuhanku ini, sesungguhnya Tuhanku ini adalah Tuhanmu juga!!”
Banyak sekali orang yang tergelincir dan tertipu dengan trik-trik yang
dilakukan oleh Dajjal tersebut, khususnya bagi mereka yang hanya menginginkan
kesenangan dan kemewahan duniawiah sesaat. Memang sudah menjadi kehendak
Allah bahwa Dajjal akan menjadi fitnah yang besar, khususnya bagi kaum mukminin
karena ia ‘dibekali’ Allah dengan kemampuan luar biasa, layaknya sebuah
mu’jizat bagi Nabi dan Rasul, atau suatu karamah bagi seorang waliyullah. Kalau
tidak cermat dan hati-hati bisa saja seorang mukmin terjebak dalam tipuannya,
apalagi bagi seorang muslim dengan keimanan ‘sekedarnya’. Bahkan di saat itu,
ada orang-orang yang berkata, “Kami mengetahui bahwa Dajjal itu dusta, tetapi
kami tetap bersahabat dengannya agar kami mendapatkan makanan dan dapat
menggembalakan ternak dari pepohonan dan tetumbuhan yang ada!!”
Sungguh saat itu sangatlah rawan
bagi keimanan kita. Kita sangat berharap agar jangan sampai mengalami masa
fitnah Dajjal tersebut. Nabi SAW mengajarkan suatu doa perlindungan, yang
disunnahkan dibaca pada sujud terakhir dari setiap shalat fardhu yang kita
lakukan, yaitu : "Allaahumma innii a'uudzubika min 'adzaabil qabri, wamin
'adzaabin naar, wamin fitnatil mahyaa wal mamaat, wamin fitnatil masiikhad
dajjaal."
Artinya adalah : "Ya Allah,
sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari siksa neraka,
dan dari fitnahnya kehidupan dan kematian, serta dari fitnahnya al masiih ad
dajjal."
Nabi SAW berpesan, “Barang siapa
mendengar berita kehadiran Dajjal, maka usahakan ia menjauh darinya. Demi
Allah, adakalanya seseorang didatangi oleh Dajjal dan ia mengira Dajjal sebagai
seorang mukmin karena diperlihatkan berbagai syubhat kepadanya, sehingga ia
menjadi pengikutnya.”
Nabi SAW juga berpesan, jika
nantinya kita menemui masa-masa itu, hendaknya kita membacakan kepada Dajjal, sepuluh
ayat awal surat
Al Kahfi, yang akan bisa melindungi kita dari fitnah-fitnahnya. Bahkan kalau
perlu kita berlari dan bersembunyi ke gunung-gunung agar tidak bertemu dengan
Dajjal. Beliau pernah bersabda, “Sungguh manusia melarikan diri dari Dajjal
sampai di atas gunung-gunung.”
Begitu hebatnya fitnah Dajjal ini
sehingga beliau bersabda, ”Jika Dajjal muncul dan aku berada di antara kalian,
maka akulah yang akan menghadapinya untuk kalian. Tetapi jika ia muncul dan aku
tidak ada di antara kalian, maka setiap orang harus membela dirinya sendiri
(yakni dengan bersandar dan memohon pertolongan Allah), Allah adalah waliku
atas setiap muslim….!”
Pada saat itu, pilihan untuk tetap
bertahan dalam keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, yang berarti mengingkari
bahkan melakukan perlawanan kepada Dajjal bukanlah perkara yang mudah. Kalau
telah terlanjur berhadapan dan menolak untuk bergabung, kemungkinannya hanya
mati syahid, atau kalau kita selamat dari fitnahnya karena perlindungan Allah,
misalnya dengan membaca ayat-ayat awal surat
Al Kahfi, kita akan hidup dalam keadaan berat dan mungkin menderita. Tidak ada
harta, makanan dan minuman, serta perlengkapan yang layak dan memadai untuk
menunjang kehidupan, tetapi itulah memang pilihan terbaik saat itu. Ketika Nabi
SAW menceritakan hal ini, salah seorang sahabat sempat bertanya tentang apa
yang bisa mereka makan. Beliau bersabda, “Makanan kalian adalah dzikr :
Subhaanallaah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wa allaahu akbar laa
haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim…”
Cukup banyak kaum muslimin di
seluruh penjuru bumi yang mati syahid karena menolak kemauan dan perintah
Dajjal. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya muncul seorang mukmin yang
mendatangi tempat Dajjal, yang membuat para pengawal Dajjal merasa keheranan.
Biasanya jika mereka mendatangi suatu tempat, orang-orang, khususnya kaum
muslimin, berusaha lari menghindar, karena itu mereka mencegatnya dan berkata,
“Hendak kemana kamu??”
Lelaki mukmin itu berkata, “Aku
hendak menemui seseorang yang baru saja muncul?”
Memang, saat itu Dajjal telah
mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan, dan telah mempunyai pengaruh dan
pengikut hampir di seluruh penjuru dunia.
Ia berkata, “Tidak ada keraguan
sedikitpun tentang Tuhan kami (yakni Allah SWT)!!”
Mereka segera bereaksi keras,
“Bunuhlah orang ini!!”
Tetapi salah satu dari mereka
berkata kepada yang lainnya, “Bukankah Tuhanmu telah melarang kita membunuh
seseorang tanpa perintahnya?”
Mereka segera meringkus pendatang
itu dan membawanya kepada Dajjal. Begitu melihat wajah dan penampilannya,
segera saja lelaki itu berseru keras, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
inilah Dajjal yang disebut-sebut Rasulullah SAW!!”
Memang, lelaki mukmin itu sekaligus
seorang ulama yang mempunyai pengetahuan luas tentang fitnah akhir zaman,
termasuk seluk beluk Dajjal. Sebagian ulama bahkan menafsirkan lelaki mukmin
itu adalah Nabi Khidr AS, yang akan menjadi syahid di tangan Dajjal.
Dajjal memerintahkan pasukannya
untuk menelentangkan lelaki mukmin itu dan menyiksa dengan pedihnya. Ia
berkata, “Siksalah orang ini, pecahkan kepalanya, pukulilah punggung dan
perutnya!!”
Mereka melaksanakan perintah itu,
melakukan penyiksaan dengan sekeras-kerasnya. Sesaat kemudian Dajjal
menghentikan penyiksaan dan berkata kepada lelaki mukmin itu, “Apakah engkau
belum mau percaya kepadaku (sebagai Tuhan)?”
Lelaki mukmin itu masih berkata
lantang, “Engkau adalah al masih sang pendusta besar (Al Masih Ad Dajjal)!!”
Dajjal makin memuncak kemarahannya,
ia memerintahkan pasukannya untuk menggergaji lelaki mukmin itu dari arah
kepala hingga selangkangannya, hingga terpotong menjadi dua. Setelah itu Dajjal
berjalan di antara dua potongan tubuh itu, dan berkata, “Bangkit dan
berdirilah!!”
Tiba-tiba dua potongan tubuh itu
menyatu dan hidup lagi, bangkit seperti sediakala. Dajjal berkata kepadanya,
“Apakah engkau belum percaya juga kepadaku??”
Lelaki mukmin itu berkata, “Tidak,
justru pengetahuanku tentang engkau bertambah jelas, engkaulah al masih sang
pendusta besar, Dajjal!!”
Setelah itu ia berkata kepada yang lainnya,
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Dajjal tidak akan bisa berbuat seperti
ini lagi kepada siapapun, setelah apa yang dilakukannya seperti ini
kepadaku…!!”
Dajjal makin marah mendengarnya, ia
memegang lelaki mukmin itu dan bermaksud menyembelihnya, tetapi tiba-tiba Allah
membuat leher dan daerah sekitarnya dari lelaki mukmin itu menjadi sekeras
baja. Bagaimanapun upaya Dajjal untuk memotong lehernya sia-sia belaka,
akhirnya dengan kemarahan memuncak ia memegang dua tangan dan dua kaki lelaki
mukmin itu, dan melemparkannya ke arah neraka yang diciptakannya. Para pasukannya bersorak-sorak gembira melihatnya masuk
neraka, tetapi pada hakekatnya lelaki mukmin itu dilemparkan ke surga.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal
ini, beliau berkomentar, “Itulah manusia yang paling besar persaksiannya/kesyahidannya
menurut Tuhan Semesta Alam!!”
Setelah peristiwa itu, Dajjal tidak
mampu lagi berbuat semena-mena kepada manusia. Tidak lama setelah itu Allah
memerintahkan Nabi Isa AS turun ke bumi, yakni pada menara putih di sebelah
timur Damaskus dengan berpegangan pada sayap dua malaikat. Beliau mencari
Dajjal dan bertemu di Babul Lud, sebuah tempat di Palestina, sekitar 3 km dari
Baitul Maqdis, dan berhasil membunuhnya. Nabi Isa mendatangi orang-orang yang
dilindungi Allah dari fitnah Dajjal tetapi keadaannya memprihatinkan, setelah
beliau mengusap wajahnya sambil memberitahukan kedudukannya di surga, mereka
kembali seperti sediakala.
Note:Fum,phsm,sb2,sm,tg2,rs2,dis,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar