Kamis, 10 April 2014

Fitnah Dajjal

            Kapan terjadinya Hari kiamat tidaklah diketahui oleh siapapun kecuali hanya oleh Allah SWT saja. Tetapi Nabi SAW telah menyebutkan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat, baik tanda-tanda kecil (sughra) ataupun besar (kubra), dan salah satu pertanda besar adalah munculnya Dajjal, ketika kiamat sudah sangat dekat. 
            Nabi SAW menyebut Dajjal sebagai pembohong besar dan akan menjadi fitnah terbesar bagi umat beliau di akhir zaman. Arti kata ‘dajjal’ adalah menutupi, sehingga bisa dimaknakan bahwa Dajjal adalah sosok yang akan menutupi kebenaran (hak) dengan kebathilan. Tentunya ‘menutupi’ dengan berbagai macam interpretasinya, bisa saja dalam arti menyelubungi hingga kebenaran tidak terlihat, mencampur-adukkan sehingga samar dan tidak dikenali, atau juga menghiasi kebathilan sehingga tampak dan terlihat sebagai kebenaran. Atau juga makna-makna lainnya.  
            Tidak ada seorang nabi-pun kecuali mengingatkan umatnya akan fitnah Dajjal, termasuk Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda, “Sejak diciptakannya Nabi Adam AS hingga datangnya hari kiamat, tidak ada perkara (fitnah) yang lebih besar daripada Dajjal.”
            Tidak ada riwayat yang pasti tentang siapa, darimana asalnya, dan kapan lahirnya Dajjal ini, tetapi Nabi SAW pernah menyebutkan bahwa akan ada sekitar 30 Dajjal yang turun hingga menjelang hari kiamat. Tentunya Dajjal yang terakhir itulah yang menjadi fitnah terbesar, yang beliau menyebutkan cirinya bahwa ia buta sebelah matanya, dan di antara kedua matanya terdapat tulisan ka, fa, ra, yang bermakna ‘kafir’, dan yang dapat membunuhnya hanyalah Nabi Isa AS. Pada masa hidup beliaupun ada seseorang di Madinah bernama Ibnu Sayyad, yang diperkirakan adalah Dajjal (atau calon Dajjal di akhir zaman). Termasuk dianggap dajjal juga adalah para nabi palsu seperti Musailamah al Kadzdzab di Yamamah dan Aswad al Unsy di Yaman. Ada yang berpendapat bahwa Dajjal yang turun di akhir zaman itu masih keturunan dari dajjal-dajjal yang telah muncul sebelumnya.
            Suatu ketika Nabi SAW bersama beberapa sahabat tengah berjalan-jalan, dan beliau bertemu sekelompok anak tengah bermain, di antaranya Ibnu Sayyad. Melihat kedatangan beliau, anak-anak itu lari menghindar karena rasa malu dan sungkan, kecuali Ibnu Sayyad yang tetap saja duduk dengan tidak perduli. Beliau berkata kepadanya, “Semoga engkau beruntung, apakah engkau mengakui aku sebagai Rasul Allah?”
            Ibnu Sayyad berkata, “Tidak, justru engkau yang harus mengakui aku utusan Allah!!”
            Umar bin Khaththab yang ikut dalam rombongan sahabat itu berkata, “Ya Rasulullah, ijinkanlah aku membunuh anak ini!!”
            Nabi SAW bersabda, “Jika benar (ia adalah calon Dajjal akhir zaman), engkau tidak akan sanggup membunuhnya, tetapi jika tidak, maka tidak ada perlunya engkau membunuhnya!!”
            Seorang ulama dari Mesir bernama Muhammad Isa Dawud, dengan penelitian dan analisa yang mendalam terhadap Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW, serta kajian terhadap berbagai catatan (manuskrip) kuno di wilayah Timur Tengah, termasuk yang ditemukan di Laut Mati, menyimpulkan bahwa Dajjal dilahirkan sekitar seratus tahun sebelum kelahiran Nabi Musa AS. Ia akan terus hidup hingga akhir zaman, tetapi saat ini ‘menyembunyikan diri’ hingga waktu yang dikehendaki Allah untuk muncul, dan mengaku sebagai nabi bahkan sebagai tuhan, dengan berbagai macam kemampuan dan kekuatan luar biasa yang amat menakjubkan, layaknya sebuah mu’jizat. Pada saat Nabi SAW diutus menyampaikan Risalah Islamiyah, Dajjal tersebut dibelenggu di suatu pulau terpecil dan sangat rahasia yang jarang diketahui orang. (Kisah lebih lengkap tentang hal ini dapat dibaca pada Laman (Blog) Percik Kisah Nabi Muhammad SAW, dengan judul : Tanda Kenabian Menjelang Kelahiran Nabi SAW (3), Dajjal Dibelenggu).
            Adanya pendapat bahwa Dajjal akhir zaman telah hidup di masa Nabi SAW, tetapi dalam keadaan terbelenggu, didukung dengan pengalaman seorang sahabat bernama Tamim Ad Daari, yang tadinya seorang pendeta Nashrani dari Palestina. Ketika itu ia tersesat di tengah lautan karena kapalnya rusak, dan terdampar di suatu pulau terpencil. Pengalaman menakjubkan sekaligus menakutkan, yang akhirnya membawanya kepada hidayah keislaman.
Ketika Tamim dan rombongannya dalam suatu perjalanan mengarungi lautan di sekitar laut Yaman atau sekitar laut Syam, kapalnya mengalami kerusakan sehingga ia terombang-ambing tanpa arah yang pasti. Tidak tanggung-tanggung, selama sebulan penuh ia dipermainkan ombak, beserta sekitar tigapuluh orang penumpang dan awak kapal, yang kebanyakan dari mereka berpenyakit kulit dan lepra. Tiba-tiba mereka terdampar di sebuah pulau di arah matahari terbenam, suatu pulau yang mereka semua tidak tahu pasti dimana tempat kedudukannya.
Mereka menepi dengan sebuah sampan kecil dan memasuki pulau tersebut. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan munculnya binatang yang berbulu sangat tebal, sehingga tidak diketahui mana bagian kepalanya dan mana bagian ekornya. Tamim sempat berkata kepada binatang tersebut, tentunya tanpa mengharapkan jawaban apa-apa, terlontar begitu saja karena rasa terkejut, "Apakah kamu ini?"
Tetapi sungguh mengejutkan, ternyata binatang tersebut memberikan jawaban, "Saya adalah al Jassasah..!!"
"Apakah al Jassasah itu?" Tanya Tamim.
Binatang tersebut mengabaikan pertanyaan mereka dan justru berkata, "Wahai kaum, pergilah kalian kepada orang yang berada di dalam biara di sana, karena sesungguhnya ia sangat merindukan berita dari kalian…!!"
Tak jauh dari pantai tersebut memang tampak sebuah bangunan yang menempel pada dinding gunung, yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai gua daripada biara. Mendengar penuturan tersebut, mereka segera berlalu menjauhi binatang aneh yang menakutkan tersebut. Mereka berfikir, binatang tersebut adalah syaitan atau penjelmaan syaitan.
Mereka bergegas memasuki gua, tetapi sekali lagi mereka mendapati pemandangan mengejutkan. Seorang lelaki tinggi besar dan sangat tegap tubuhnya tampak terbelenggu pada dinding gua. Kedua tangannya terikat dengan rantai besar ke kuduknya. Antara kedua lutut dan dua mata kakinya terdapat rantai besar yang membelenggunya sehingga ia tidak mungkin keluar dari gua tersebut. Tamim dan teman-temannya bertanya, "Siapakah engkau ini??"
Seperti halnya binatang yang mengaku bernama Jassasah tadi, lelaki tinggi besar tersebut tidak mau membuka hakikat dirinya. Tetapi ia berkata, "Kalian telah mengetahui keadaanku seperti ini, karena itu beritahukanlah kepadaku, siapakah kalian ini?"
"Kami adalah orang-orang dari Arab…" Kata Tamim ad Daari…
Kemudian Tamim menceritakan keadaan mereka sejak terkatung-katung di lautan, sampai akhirnya terdampar di pantai, bertemu binatang yang mengaku bernama al Jassasah, dan menyuruhnya untuk menemui seorang  lelaki di dalam biara atau gua tersebut. Tamim menutup ceritanya dengan berkata, "Kami bergegas meninggalkan dia (al Jassasah) dan menemui engkau karena kami merasa tidak aman, jangan-jangan dia itu syaitan..!!"
Lelaki tersebut tidak banyak menanggapi cerita Tamim, ia justru berkata, "Beritahukanlah kepadaku tentang desa Nakhl Baisan!"
Nakhl Baisan adalah sebuah negeri yang terkenal di dekat Syam lama, dan termasuk dalam wilayah Palestina. Tamim berkata, "Tentang apanya yang ingin engkau ketahui?"
"Tentang kurmanya, apa berbuah?"
"Ya, masih berbuah!!" Kata Tamim.
"Ketahuilah, sesungguhnya kurma-kurma tersebut akan tidak berbuah lagi..!!" Kata lelaki tersebut.
Sesaat kemudian lelaki tersebut berkata, "Beritahukanlah kepadaku tentang danau ath Thabariyah..!!"
Danau ath Thabariyah adalah sebuah danau besar yang terletak sekitar 150 km dari Baitul Makdis. Lebarnya sekitar 10 km dan panjangnya sekitar 15 km, airnya tawar manis dan cukup banyak ikannya sehingga menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Danau ini cukup dalam dan dapat dilayari kapal, tetapi makin hari airnya makin berkurang. Tamin bertanya kepada lelaki tersebut, "Tentang apanya yang ingin engkau ketahui?"
"Apakah masih ada airnya?"
"Ya, airnya banyak sekali!!"
"Ketahuilah, airnya akan berangsur berkurang dan akhirnya habis..!!" Kata lelaki tersebut.
Sesaat kemudian ia bertanya lagi, "Beritahukanlah kepadaku tentang mata air azh Zughar!!"
"Tentang apanya yang ingin engkau ketahui?"
"Apakah sumbernya memancarkan air yang bisa digunakan penduduknya untuk menyiram tananamnya?"
"Benar, " Kata Tamim, "Airnya sangat banyak dan penduduk sekitarnya menggunakannya untuk bercocok-tanam."
Lelaki tersebut bertanya lagi, "Beritahukanlah kepadaku tentang Nabi yang ummi, apa yang dilakukannya..!!"
Walaupun Tamim dan orang-orang yang bersamanya belum memeluk Islam, tetapi kabar tentang Nabi SAW memang telah menyebar luas, bahkan dakwah Islam juga telah sampai di Syam dan Palestina. Ia menjawab, "Beliau telah berhijrah, meninggalkan kota Makkah pindah ke Yatsrib (Madinah)!!"
"Apakah orang-orang Arab memeranginya?" Tanya lelaki tersebut.
"Ya!!"
"Apakah yang dilakukannya atas mereka?"
"Beliau telah menundukkan orang-orang Arab terdekatnya, sehingga mereka mengikuti dan mematuhinya!!"
"Benarkah seperti itu?" Tanya lelaki itu.
"Benar..!!" Kata Tamim.
"Ketahuilah," Katanya lagi, "Bahwasanya lebih baik bagi mereka untuk mematuhinya…!!"
Setelah rangkaian panjang pembicaraan tersebut, barulah lelaki tersebut membuka dirinya, ia berkata, "Aku akan memberitahukan tentang diriku pada kalian. Aku adalah al Masih dan aku hampir diizinkan untuk keluar (dari tempat ini). Jika aku keluar, aku akan berjalan di muka bumi, aku tidak melewati suatu kampung/negeri kecuali aku akan tinggal di sana selama empatpuluh malam, kecuali kota Makkah dan Thayyibah. Kedua kota tersebut diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki kota tersebut, aku dihadang oleh para malaikat yang membawa pedang, mereka mengancam akan memenggal kepalaku. Setiap celah jalan di kedua kota tersebut dijaga dengan ketat oleh para malaikat…!!"
Tamim dan teman-temannya terperangah kaget dengan pengakuan lelaki tersebut sebagai al Masih. Bagi  Tamim ad Daari yang seorang pendeta dan cukup menguasai Injil, nama al Masih tentulah tidak asing. Hanya ada dua al Masih, yakni al Masih Isa ibnu Maryam dan al Masih ad Dajjal. Setiap Nabi dan Rasul selalu mengingatkan umatnya akan bahaya dan fitnah terbesar dari al Masih ad Dajjal ini, termasuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam pemikiran Tamim, kalau al Masih Isa ibnu Maryam telah wafat di tiang salib, begitu menurut kepercayaannya sebagai seorang Nashrani saat itu, tentulah lelaki tinggi besar dan kekar di depannya ini adalah al Masih ad Dajjal, yang akan menjadi fitnah terbesar di akhir zaman, begitu kesimpulan yang diambil oleh Tamim ad Daari.  Karena itu segera saja ia mengajak teman-temannya untuk meninggalkan pulau tersebut. Walau dalam keadaan terbelenggu saat itu, ia khawatir sang Dajjal tersebut akan menimbulkan bahaya bagi dirinya dan teman-temannya.
Setelah keluar dari pulau tersebut dan kembali mengarungi lautan lepas, perahu yang ditumpanginya mendapat pertolongan dari perahu lain dan akhirnya bisa pulang ke tempat asalnya di Palestina. Beberapa hari kemudian ia memutuskan untuk memeluk Islam dan mendatangi Nabi SAW di Madinah, dan tiba di malam hari.
Pada pagi harinya setelah shalat shubuh, Nabi SAW berdiri di mimbar, sambil tersenyum beliau bersabda, "Hendaknya setiap orang tetap tinggal di tempat shalatnya. Tahukah kalian, kenapa aku mengumpulkan kalian saat ini?"
"Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui…!!" Kata para sahabat.
Beliau bersabda lagi, "Sesungguhnya aku, demi Allah, mengumpulkan kalian bukan karena ada pengharapan atau ketakutan, tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Daari, yang dahulunya seorang Nashrani datang kepadaku untuk berba'iat memeluk Islam. Ia menceritakan kepadaku, seperti yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang  Dajjal…"
Nabi SAW kemudian menceritakan pengalaman Tamim ad Daari sejak terombang-ambing di lautan selama  satu bulan sampai akhirnya terdampar di suatu pulau yang dihuni oleh al Masih ad Dajjal. Beliau menceritakannya  secara mendetail seperti ketika Tamim menceritakannya kepada beliau.  Setelah sampai pada perkataan Dajjal tentang dua kota, Makkah dan Thayyibah, beliau memukulkan tongkat beliau pada mimbar dan bersabda, "Inilah Thayyibah, inilah Thayyibah, inilah Thayyibah, yakni kota Madinah ini. Bukankah aku telah memberitahukan hal ini kepada kalian?"
"Benar, ya Rasulullah..!!" Kata para sahabat.
Kemudian beliau bersabda lagi, "Sungguh cerita Tamim ini sesuai benar dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kalian (tentang Dajjal), dan juga tentang kota Makkah dan Madinah. Ketahuilah, Dajjal ini berada di laut Syam atau di laut Yaman…"
Sesaat terdiam, kemudian beliau bersabda lagi, "Oh, tidak!! Tetapi dia akan datang dari arah timur…dari arah timur…dari arah timur…!!" Sambil bersabda tersebut, tangan beliau menunjuk ke arah timur, entah tempat di timur mana yang dimaksudkan Nabi SAW.
Tidak ada riwayat yang pasti tentang aktivitas Dajjal hingga telah dekatnya hari kiamat kelak. Ada yang berpendapat bahwa Dajjal dalam keadaan terbelenggu, dan setiap saat ia menggerogoti belenggunya tersebut, tetapi ketika ada adzan dikumandangkan, belenggunya makin menebal dan menguat. Dajjal tidak akan pernah bosan dan berhenti untuk menggerogoti, hingga apabila tidak ada lagi yang mengumandangkan adzan di bumi, belenggunya akan terlepas atau putus dan ia mulai berjalan di bumi untuk menebarkan fitnahnya. Wallahu A’lam.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa setelah wafatnya Rasulullah SAW, Dajjal terlepas dari belenggunya di pulau terpencil tersebut. Kemudian ia berjalan menjelajah seluruh penjuru bumi, dan akhirnya ia ‘bermarkas’ di Segitiga Bermuda sambil menyusun kekuatan dan menebarkan pengaruhnya secara rahasia dan tersamar ke seluruh penjuru dunia. Jika telah tiba saat yang dikehendaki Allah, saat telah dekatnya kiamat, barulah ia keluar dari tempat persembunyiannya dan menebarkan fitnahnya. Wallahu A’lam.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Dajjal akan melakukan ‘perjalanan fitnahnya’ di bumi itu selama 40 hari (malam). Satu hari pertama itu lamanya seperti satu tahun, satu hari ke dua lamanya seperti satu bulan, satu hari lagi lamanya seperti satu minggu, dan hari-hari lainnya seperti hari biasanya. Ia bergerak dan berpindah di bumi begitu cepatnya layaknya awan yang bergerak karena didorong angin. Hampir semua wilayah di bumi dijelajahinya untuk menebarkan fitnah dan tipuannya, kecuali Makkah dan Madinah. Setiap jalan dan lorong-lorong di dua kota tersebut dijaga dengan ketat oleh para malaikat, dan Dajjal tidak berani memasukinya. Dajjal sempat berhenti di suatu tempat gersang di dekat Madinah, tiba-tiba terasa tiga kali goncangan (semacam gempa). Bagi kaum muslimin, gempa itu tidak berpengaruh apa-apa, tetapi hal itu membuat orang-orang kafir dan munafik menjadi gelisah dan tidak kerasan. Karena itu keluarlah mereka itu dari kota Nabi SAW tersebut dan bergabung dengan Dajjal, sehingga tidak tersisa satu orang pun di antara mereka di dalam kota.
Dajjal adalah sosok yang sangat jenius, ia mengetahui berbagai ilmu pengetahuan dan menguasai berbagai macam rahasia alam semesta. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa ia juga sangat menguasai ilmu-ilmu keislaman, sehingga pada awal kemunculannya nanti, ia tampil sebagai seorang muballigh yang saleh sehingga banyak sekali pengikutnya. Ia bisa menampilkan berbagai macam keajaiban karena pengetahuannya akan rahasia alam semesta, dan tentunya karena diijinkan oleh Allah. Ketika para pengikutnya makin banyak dan memujanya, ia mengaku dirinya sebagai nabi, dan akhirnya mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Walau telah hidup ketika Nabi SAW diutus (atau bahkan sejak Nabi Musa AS belum dilahirkan, menurut suatu pendapat), ketika nantinya muncul menebar fitnah, ia seperti seorang pemuda berambut keriting, sama sekali tidak mencerminkan seseorang yang berusia ribuan tahun (mungkin dalam film-film Amerika/Eropa digambarkan seperti Vampire). Matanya agak menonjol keluar dan salah satunya buta. Setiap orang yang beriman akan bisa melihat dan membaca huruf ka, fa, ra di antara dua matanya, yang berarti ‘kafir’. Ia akan muncul di antara Syam dan Irak, atau dalam riwayat lainnya, di Khurasan yang berada di Iran sekarang. Ia akan selalu diikuti oleh tujuh puluh ribu (atau lebih banyak lagi) orang-orang Yahudi Ishbahan yang berseragam dan bersenjata lengkap. Ketika kemunculannya itu seolah-olah dunia ada di genggamannya.  
Dajjal dan pasukannya akan mendatangi suatu kaum dan mengajak mereka mengikutinya. Jika mereka mau percaya dan mengikuti ajarannya, maka Dajjal akan memberikan kemakmuran pada kaum tersebut. Ia akan memerintahkan langit untuk menurunkan hujannya, memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, dan semua itu seketika menjadi kenyataan, bahkan lebih segar dan lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Ternak-ternakpun menjadi gemuk dan mengeluarkan air susu dengan banyaknya. Tetapi jika kaum itu menolak, maka Dajjal akan meninggalkan kaum itu dalam keadaan yang sangat menyedihkan, tanah gersang, makanan tidak ada dan harta kekayaan mereka itu seketika lenyap.
Dalam kesempatan lainnya, Dajjal akan mendatangi suatu kaum dengan membawa air dan api. Jika kaum itu mau mengikuti ajarannya, maka ia akan memberikan air dan kaum itu akan merasakan kesenangan dan kenikmatan dalam hidupnya. Tetapi jika menolak, maka Dajjal akan memberikan api yang menyebabkan kaum itu merasakan kesengsaraan dan kesulitan hidup yang luar biasa. Dalam riwayat lainnya, Dajjal membawa semacam surga dan neraka, ia akan memberikan surga kepada mereka yang taat dan mengikutinya, dan memberikan neraka kepada mereka yang ingkar dan menolak ajakannya. Dalam riwayat lain lagi, Dajjal akan membawa atau diikuti dengan bukit roti (artinya bahan makanan yang berlimpah) dan sungai dengan air yang sejuk dan berlimpah (maksudnya berbagai macam minuman yang nikmat dan menyegarkan), yang dengan keduanya ia mempengaruhi orang-orang untuk mengikutinya.
Mereka yang memilih untuk percaya dan taat kepada Dajjal sehingga memperoleh kesenangan dalam hidupnya, air yang sejuk dan juga kenikmatan surga yang dibawanya, pada hakekatnya telah menjatuhkan pilihan yang salah, dan akan memperoleh kesengsaraan abadi di akhirat kelak. Sebaliknya mereka yang ingkar sehingga merasakan kesengsaraan dalam hidupnya, layaknya sedang dalam bara panas api neraka, bahkan jadi mati sekalipun, pada hakekatnya menjatuhkan pilihan yang benar, dan akan memperoleh kenikmatan abadi di akhirat kelak. Nabi SAW berpesan, “ ….barang siapa di antara kalian berjumpa dengan Dajjal, maka hendaknya ia menjatuhkan pilihannya pada apa yang terlihat api, karena sesungguhnya itu adalah air yang segar dan baik!!”
Jika Dajjal melalui suatu daerah yang kosong dan tidak berpenghuni,maka ia akan berseru, “Keluarkanlah simpananmu!!”
Maka harta kekayaan yang ada di daerah itu tiba-tiba muncul dan terkumpul, dan bergerak mengikuti kemana Dajjal bergerak/berpindah, layaknya para lebah yang bergerak mengikuti gerak perpindahan pemimpinnya. Emas, perak, permata dan lain-lainnya seolah bernyawa saja bisa bergerak sendiri, atau mungkin dibawa oleh jin-jin kafir dan syetan yang tidak nampak, yang saat itu memang menjadi masa kejayaannya di bawah kepemimpinan Dajjal.
Untuk menunjukkan kekuatan dan kemampuannya, Dajjal akan memanggil seorang anak muda dan memenggalnya menjadi dua, kemudian melemparkan ke dua arah yang berlawanan. Dajjal memanggilnya kembali dan anak muda tiba-tiba muncul dengan tertawa dan wajah yang berseri-seri. Ia juga menunjukkan kemampuannya untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit secara instan, termasuk penyakit bawaan lahir, kebutaan dan lain-lainnya, bahkan ia ‘seolah-olah’ bisa menghidupkan orang yang telah mati, sebagaimana mu’jizat Nabi Isa AS.
Dalam suatu kesempatan, jika ada orang yang ‘didakwahi’ Dajjal itu ingin dipertemukan dengan orang tuanya yang telah meninggal, atau bahkan nenek moyangnya yang telah ribuan tahun dikuburkan, permintaan itu akan dipenuhinya juga. Dajjal akan memerintahkan syaitan untuk menyerupakan diri dengan dua orang tuanya, dan muncul di hadapannya dengan penampilan mewah dan penuh kebahagiaan, kemudian berkata, “Wahai anakku, sebaiknya engkau percaya dan mengikuti Tuhanku ini (yakni, Dajjal) agar hidupmu tidak sengsara. Lihatkah aku orang tuamu ini, aku bisa hidup mewah dan bahagia seperti ini karena mengikuti perintah Tuhanku ini, sesungguhnya Tuhanku ini adalah Tuhanmu juga!!”
Banyak sekali orang yang tergelincir dan tertipu dengan trik-trik yang dilakukan oleh Dajjal tersebut, khususnya bagi mereka yang hanya menginginkan kesenangan dan kemewahan duniawiah sesaat. Memang sudah menjadi kehendak Allah bahwa Dajjal akan menjadi fitnah yang besar, khususnya bagi kaum mukminin karena ia ‘dibekali’ Allah dengan kemampuan luar biasa, layaknya sebuah mu’jizat bagi Nabi dan Rasul, atau suatu karamah bagi seorang waliyullah. Kalau tidak cermat dan hati-hati bisa saja seorang mukmin terjebak dalam tipuannya, apalagi bagi seorang muslim dengan keimanan ‘sekedarnya’. Bahkan di saat itu, ada orang-orang yang berkata, “Kami mengetahui bahwa Dajjal itu dusta, tetapi kami tetap bersahabat dengannya agar kami mendapatkan makanan dan dapat menggembalakan ternak dari pepohonan dan tetumbuhan yang ada!!”
Sungguh saat itu sangatlah rawan bagi keimanan kita. Kita sangat berharap agar jangan sampai mengalami masa fitnah Dajjal tersebut. Nabi SAW mengajarkan suatu doa perlindungan, yang disunnahkan dibaca pada sujud terakhir dari setiap shalat fardhu yang kita lakukan, yaitu : "Allaahumma innii a'uudzubika min 'adzaabil qabri, wamin 'adzaabin naar, wamin fitnatil mahyaa wal mamaat, wamin fitnatil masiikhad dajjaal."
Artinya adalah : "Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari siksa neraka, dan dari fitnahnya kehidupan dan kematian, serta dari fitnahnya al masiih ad dajjal."
Nabi SAW berpesan, “Barang siapa mendengar berita kehadiran Dajjal, maka usahakan ia menjauh darinya. Demi Allah, adakalanya seseorang didatangi oleh Dajjal dan ia mengira Dajjal sebagai seorang mukmin karena diperlihatkan berbagai syubhat kepadanya, sehingga ia menjadi pengikutnya.”
Nabi SAW juga berpesan, jika nantinya kita menemui masa-masa itu, hendaknya kita membacakan kepada Dajjal, sepuluh ayat awal surat Al Kahfi, yang akan bisa melindungi kita dari fitnah-fitnahnya. Bahkan kalau perlu kita berlari dan bersembunyi ke gunung-gunung agar tidak bertemu dengan Dajjal. Beliau pernah bersabda, “Sungguh manusia melarikan diri dari Dajjal sampai di atas gunung-gunung.”
Begitu hebatnya fitnah Dajjal ini sehingga beliau bersabda, ”Jika Dajjal muncul dan aku berada di antara kalian, maka akulah yang akan menghadapinya untuk kalian. Tetapi jika ia muncul dan aku tidak ada di antara kalian, maka setiap orang harus membela dirinya sendiri (yakni dengan bersandar dan memohon pertolongan Allah), Allah adalah waliku atas setiap muslim….!”
Pada saat itu, pilihan untuk tetap bertahan dalam keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, yang berarti mengingkari bahkan melakukan perlawanan kepada Dajjal bukanlah perkara yang mudah. Kalau telah terlanjur berhadapan dan menolak untuk bergabung, kemungkinannya hanya mati syahid, atau kalau kita selamat dari fitnahnya karena perlindungan Allah, misalnya dengan membaca ayat-ayat awal surat Al Kahfi, kita akan hidup dalam keadaan berat dan mungkin menderita. Tidak ada harta, makanan dan minuman, serta perlengkapan yang layak dan memadai untuk menunjang kehidupan, tetapi itulah memang pilihan terbaik saat itu. Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini, salah seorang sahabat sempat bertanya tentang apa yang bisa mereka makan. Beliau bersabda, “Makanan kalian adalah dzikr : Subhaanallaah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wa allaahu akbar laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim…”
Cukup banyak kaum muslimin di seluruh penjuru bumi yang mati syahid karena menolak kemauan dan perintah Dajjal. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya muncul seorang mukmin yang mendatangi tempat Dajjal, yang membuat para pengawal Dajjal merasa keheranan. Biasanya jika mereka mendatangi suatu tempat, orang-orang, khususnya kaum muslimin, berusaha lari menghindar, karena itu mereka mencegatnya dan berkata, “Hendak kemana kamu??”
Lelaki mukmin itu berkata, “Aku hendak menemui seseorang yang baru saja muncul?”
Para ajudan itu berkata, “Apakah kamu tidak percaya kepada Tuhan kami?”
Memang, saat itu Dajjal telah mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan, dan telah mempunyai pengaruh dan pengikut hampir di seluruh penjuru dunia.
Ia berkata, “Tidak ada keraguan sedikitpun tentang Tuhan kami (yakni Allah SWT)!!”
Mereka segera bereaksi keras, “Bunuhlah orang ini!!”
Tetapi salah satu dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Bukankah Tuhanmu telah melarang kita membunuh seseorang tanpa perintahnya?”
Mereka segera meringkus pendatang itu dan membawanya kepada Dajjal. Begitu melihat wajah dan penampilannya, segera saja lelaki itu berseru keras, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebut Rasulullah SAW!!”
Memang, lelaki mukmin itu sekaligus seorang ulama yang mempunyai pengetahuan luas tentang fitnah akhir zaman, termasuk seluk beluk Dajjal. Sebagian ulama bahkan menafsirkan lelaki mukmin itu adalah Nabi Khidr AS, yang akan menjadi syahid di tangan Dajjal.
Dajjal memerintahkan pasukannya untuk menelentangkan lelaki mukmin itu dan menyiksa dengan pedihnya. Ia berkata, “Siksalah orang ini, pecahkan kepalanya, pukulilah punggung dan perutnya!!”
Mereka melaksanakan perintah itu, melakukan penyiksaan dengan sekeras-kerasnya. Sesaat kemudian Dajjal menghentikan penyiksaan dan berkata kepada lelaki mukmin itu, “Apakah engkau belum mau percaya kepadaku (sebagai Tuhan)?”
Lelaki mukmin itu masih berkata lantang, “Engkau adalah al masih sang pendusta besar (Al Masih Ad Dajjal)!!”
Dajjal makin memuncak kemarahannya, ia memerintahkan pasukannya untuk menggergaji lelaki mukmin itu dari arah kepala hingga selangkangannya, hingga terpotong menjadi dua. Setelah itu Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu, dan berkata, “Bangkit dan berdirilah!!”
Tiba-tiba dua potongan tubuh itu menyatu dan hidup lagi, bangkit seperti sediakala. Dajjal berkata kepadanya, “Apakah engkau belum percaya juga kepadaku??”
Lelaki mukmin itu berkata, “Tidak, justru pengetahuanku tentang engkau bertambah jelas, engkaulah al masih sang pendusta besar, Dajjal!!”
Setelah itu ia berkata kepada yang lainnya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Dajjal tidak akan bisa berbuat seperti ini lagi kepada siapapun, setelah apa yang dilakukannya seperti ini kepadaku…!!”
Dajjal makin marah mendengarnya, ia memegang lelaki mukmin itu dan bermaksud menyembelihnya, tetapi tiba-tiba Allah membuat leher dan daerah sekitarnya dari lelaki mukmin itu menjadi sekeras baja. Bagaimanapun upaya Dajjal untuk memotong lehernya sia-sia belaka, akhirnya dengan kemarahan memuncak ia memegang dua tangan dan dua kaki lelaki mukmin itu, dan melemparkannya ke arah neraka yang diciptakannya. Para pasukannya bersorak-sorak gembira melihatnya masuk neraka, tetapi pada hakekatnya lelaki mukmin itu dilemparkan ke surga.
Ketika Nabi SAW menceritakan hal ini, beliau berkomentar, “Itulah manusia yang paling besar persaksiannya/kesyahidannya menurut Tuhan Semesta Alam!!”
Setelah peristiwa itu, Dajjal tidak mampu lagi berbuat semena-mena kepada manusia. Tidak lama setelah itu Allah memerintahkan Nabi Isa AS turun ke bumi, yakni pada menara putih di sebelah timur Damaskus dengan berpegangan pada sayap dua malaikat. Beliau mencari Dajjal dan bertemu di Babul Lud, sebuah tempat di Palestina, sekitar 3 km dari Baitul Maqdis, dan berhasil membunuhnya. Nabi Isa mendatangi orang-orang yang dilindungi Allah dari fitnah Dajjal tetapi keadaannya memprihatinkan, setelah beliau mengusap wajahnya sambil memberitahukan kedudukannya di surga, mereka kembali seperti sediakala.  
           
Note:Fum,phsm,sb2,sm,tg2,rs2,dis,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar