Rabu, 01 Agustus 2012

Ketika Nabi SAW Mengijinkan Diqhisash

           Beberapa hari, sebagian riwayat menyebutkan lima hari, sebelum Nabi SAW wafat, saat itu sakit beliau mulai parah, beliau memerintahkan Bilal untuk mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar di Masjid. Beliau naik mimbar, setelah memuji dan menyanjung Allah, beliau berkhutbah yang tidak terlalu panjang (lama) tetapi cukup padat, menyentuh hati dan membuat para sahabat banyak yang menangis. Antara lain beliau bersabda sebagai berikut :
            “Wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku seorang Nabi bagimu, penasehat dan penyeru kepada Allah atas ijin-Nya. Aku layaknya seorang saudara yang berbelas kasih kepada kamu, sekaligus seorang ayah yang menyayangi. Barang siapa yang merasa mempunyai hak untuk membalas penganiayaan padaku, hendaklah ia berdiri dan membalas (meng-qishash) kepadaku sekarang ini, sebelum diberlakukan balasan (qishash) pada hari kiamat kelak….!!”
            Tiada seorang-pun yang berdiri, Nabi SAW mengulangi ucapan beliau dua sampai tiga kali, tetapi para sahabat masih tenggelam dalam keharuan dan ‘ke-terpesona-an’ akan ketinggian akhlak beliau tersebut. Pemimpin mana yang berani bersikap seperti itu? Dalam keadaan sakit dan mungkin mendekati kematiannya, membolehkan rakyat dan pengikutnya untuk melakukan hisab (tuntutan balas) dan meminta haknya? Sebagian riwayat menyebutkan, ada seseorang yang berdiri dan mengatakan kalau Nabi SAW mempunyai tanggungan 3 dirham kepadanya, maka Nabi SAW memerintahkan Fadhl bin Abbas untuk membayarkan ‘hutang’ tersebut.
            Para sahabat masih duduk diam dalam kekhuyu’annya karena pengaruh khutbah Nabi SAW, tiba-tiba berdirilah seorang sahabat, Ukasyah bin Mihksan dan berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, ayah dan ibuku sebagai tebusan bagimu, kalau tidak karena engkau mengumumkan hal itu berkali-kali, tentulah aku enggan untuk menyampaikan sesuatu hal kepadamu!!”
            Para sahabat tampak terhenyak kaget dan memandang marah kepada Ukasyah, tetapi Nabi SAW bersabda, “Katakanlah wahai Ukasyah!!”
            Kemudian Ukasyah menceritakan bahwa dalam perang Badar, ketika sedang bergerak menyerang musuh, untanya berlari sangat cepat sehingga mendahului unta Rasulullah SAW. Karena itu ia berhenti dan turun mendekati beliau, tetapi saat itu beliau mengayun tongkat/cambuk yang akhirnya mengenai tubuhnya. Ukasyah berkata, “Saya tidak tahu, ya Rasulullah, apakah engkau sengaja memukul saya, atau engkau akan memukul untamu dan yang akhirnya mengenai saya!!”
            Nabi SAW bersabda, “A’udzubillah, wahai Ukasyah, kalau Rasulullah memukul kamu dengan sengaja!!”
            Maksudnya, Nabi SAW tidak sengaja ketika memukul tersebut bahkan beliau tidak mengetahuinya. Beliau berkata kepada Bilal, “Pergilah ke rumah Fathimah, ambillah tongkat/cambukku dan bawalah kemari!!”
            Bilal mendatangi rumah Fathimah dan menyampaikan maksudnya, Fathimah berkata, “Wahai Bilal, apa yang akan diperbuat ayahku dengan tongkatnya??”
            Bilal berkata, “Beliau mempersilahkan dirinya untuk diqishash dengan tongkatnya!!”
            Sambil menyerahkan tongkat beliau tersebut, Fathimah berkata, “Siapakah yang sampai hati hendak mengqishash Rasulullah??”
            Bilal mengambil tongkat tersebut tanpa memberikan jawaban kepada Fathimah, mungkin takut terjadi salah persepsi. Setelah menerimanya, Nabi SAW memberikan tongkat itu kepada Ukasyah dan mempersilahkannya untuk memukul beliau. Tiba-tiba Abu Bakar dan Umar berdiri di depan Ukasyah dan berkata, “Wahai Ukasyah, laksanakan qishash itu kepada kami dan janganlah meng-qishash Rasulullah!!”
            Nabi SAW bersabda, “Duduklah kalian, sungguh Allah telah mengetahui kedudukan dan niat kalian berdua!!”
            Mereka kembali duduk, tetapi ganti Ali bin Abi Thalib yang berdiri menghadang, sambil berkata, “Wahai Ukasyah, hidupku selalu aku pergunakan untuk membentengi Rasulullah, hatiku tidak akan tahan jika engkau sampai membalas pukulan beliau. Inilah punggung dan perutku, silahkan engkau memilih dan pukullah sesukamu!!”
            Tetapi Nabi SAW bersabda, “Wahai Ali, sungguh Allah telah mengetahui kedudukanmu dan niatmu, duduklah!!”
            Ali kembali duduk, tetapi kini dua putranya, Hasan dan Husein berdiri di depan Ukasyah dan berkata, “Wahai Ukasyah, bukankah engkau tahu bahwa kami adalah cucu-cucu Rasulullah, jika engkau memukul kami, sama artinya engkau telah meng-qishash Rasulullah. Laksanakanlah qishash itu kepada kami!!”
            Nabi SAW bersabda, “Duduklah kalian berdua, wahai penghibur hatiku!!”
            Dan beliau bersabda kepada Ukasyah, “Wahai Ukasyah, segera pukullah aku, jika memang aku pernah memukulmu dengan tongkat itu!!”
            Tetapi Ukasyah berkata, “Wahai Rasulullah, saat engkau memukulku itu, bajuku tengah tersingkap dan langsung mengenai kulitku, karena itu hendaklah engkau singkapkan bajumu!!”
            Para sahabat langsung menjerit, antara sedih dan marah kepada Ukasyah, tetapi beliau dengan tenangnya menyingkapkan baju beliau pada bagian punggung atas seperti permintaannya. Seketika itu Ukasyah melemparkan tongkat itu dan menempelkan dirinya pada tubuh Nabi SAW yang terbuka dan menciumi punggung beliau. Dengan berlinangan air mata, yang tampaknya ia sangat bahagia, Ukasyah berkata, “Wahai Rasulullah, aku persembahkan jiwaku sebagai tebusan bagimu!! Siapakah kiranya yang akan tega meng-qishash engkau. Aku melakukan ini hanyalah terdorong oleh keinginan kuat, agar kulitku yang hina ini bisa bersentuhan dengan kulitmu yang mulia. Semoga saja dengan ini Allah akan menjagaku dari neraka berkat kemuliaan engkau!!”
            Dengan tersenyum, Nabi SAW bersabda, “Perhatikanlah, siapa saja yang ingin melihat ahli surga, hendaklah melihat Ukasyah ini!!”
            Dalam riwayat lainnya disebutkan, Nabi SAW sengaja membuka bagian punggung atas dan menunjukkan cap kenabian beliau, karena sebenarnya beliau telah mengetahui maksud tersembunyi Ukasyah tersebut. Maka Ukasyah memeluk beliau dan mencium cap kenabian itu sambil menangis penuh haru dan bahagia, dan mengucapkan perkataan di atas. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya pada hari kiamat kelak, ada 70.000 orang dari umatku yang akan masuk surga tanpa hisab!!”
            Ukasyah melepaskan pelukannya dan berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah saya termasuk di dalamnya!!”
            Nabi SAW bersabda, “Engkau termasuk di antaranya, wahai Ukasyah!!”
            Beberapa sahabat lainnya segera bangkit meminta didoakan juga seperti Ukasyah juga, tetapi Nabi SAW bersabda, “Kalian telah didahului oleh Ukasyah!!”
            Walau kecewa, tetapi para sahabat yang berkumpul itu segera menghampiri Ukasyah untuk memberikan selamat, mereka mencium di antara kedua mata Ukasyah (cara penghormatan dan penghargaan orang-orang Arab saat itu), sambil berkata, “Sungguh beruntunglah kamu, memperoleh derajad yang tinggi di surga bersama Rasulullah!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar