Sabtu, 26 Mei 2012

Nabi SAW dan Wanita Bermulut ‘Tajam’

Ada seorang wanita yang mulutnya ‘tajam’ sekali, ia suka mengeluarkan kata-kata keji (atau komentar yang menyakitkan/tidak mengenakkan) kepada orang-orang yang ditemuinya, baik laki-laki atau perempuan. Suatu ketika ia melewati rumah Aisyah RA dan Nabi SAW sedang berada di sana, beliau sedang duduk menekuk lutut sambil makan dendeng (daging yang dikeringkan). Melihat keadaan Nabi SAW tersebut, ia mendekat dan berkata, “Lihatlah orang ini duduk seperti duduknya hamba sahaya!!”
Mendengar kementar seperti itu, Nabi SAW bersabda, “Aku memang seorang hamba, karena itu aku duduk seperti duduknya seorang hamba, dan aku makan seperti makannya seorang hamba!!”
Wanita itu tidak berkata apa-apa karena ternyata Nabi SAW tidak membantah perkataannya, bahkan menguatkan/membenarkannya. Beliau berkata kepadanya, “Makanlah!!”
Wanita itu berkata, “Tidak, kecuali engkau memberi makan kepadaku dengan tanganmu sendiri!!”
Nabi SAW mengambil sepotong dendeng dan memberikan kepada wanita tersebut, bahkan beliau bermaksud menyuapinya. Tetapi ia berkata lagi, “Tidak, kecuali jika engkau memberikan makanan kepadaku dari (makanan yang ada di) mulutmu!!”
Saat itu beliau memang sedang mengunyah sepotong dendeng, maka segera saja beliau mengeluarkannya dari mulut beliau dan menyuapkannya kepada wanita tersebut. Wanita itu mengunyah beberapa saat kemudian menelannya.
Segera setelah daging bekas kunyahan Rasulullah SAW itu masuk ke dalam perutnya, tampak perubahan besar pada wanita tersebut. Kalau sebelumnya dengan santainya ia memandang orang di sekitarnya, dan berkomentar dengan seenaknya, termasuk kepada Nabi SAW, tiba-tiba saja ada perasaan malu yang memenuhi hatinya. Seakan ia tak mampu mengangkat kepala dan memandang orang-orang di sekitarnya, baik laki-laki ataupun perempuan. Dan sejak saat itu pula, ia tidak pernah lagi mengucapkan kata-kata keji yang menyakitkan hati kepada siapapun juga, hingga ia meninggal dunia.
Perubahan besar itu terjadi mungkin karena sikap tawadhu dan kasih sayang Nabi SAW kepada wanita tersebut. Atau mungkin juga karena ‘berkah’ dari makanan yang telah menyatu dengan ludah Nabi SAW, dan masuk ke dalam perutnya. Wallahu A’lam!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar