Rabu, 27 Februari 2013

Ketika Nabi SAW Memukul Seorang Sahabat

             Ketika dalam suatu perjalanan atau pertempuran, Nabi SAW mempunyai kebiasaan khusus mengitari (menginspeksi) para pengikut atau pasukan beliau pada akhir malam menjelang subuh. Biasanya beliau melakukan hal itu setelah melaksanakan shalat malam (tahajud) pada sepertiga malam yang terakhir. Suatu ketika di Bathha, beliau sudah menaiki onta bersiap melakukan inspeksi, tiba-tiba muncul seorang sahabat Muhajirin memegang kendali onta beliau dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya mempunyai keperluan yang penting dengan engkau!!”
            Nabi SAW menjawab, “Lepaskanlah, sesungguhnya engkau akan memperoleh apa yang kamu inginkan!!”
            Tidak seperti biasanya, tampaknya Nabi SAW tidak bisa memenuhi keinginan sahabat tersebut untuk bertemu dan berbicara sekedarnya. Memang waktunya sangat mendesak, jika beliau memenuhi keinginannya, maka beliau tidak akan sempat menginspeksi pasukan atau mungkin shalat subuh akan terlambat. Tetapi sahabat tersebut tidak mau melepaskan pegangannya, hingga beliau memukul dengan pegangan cambuk beliau. Akibat pukulan tersebut, sang sahabat melepaskan pegangannya dan Nabi SAW berlalu meneruskan aktivitas beliau.
            Usai melaksanakan shalat subuh, Rasulullah SAW berdiri menghadap jamaah dan berkata, “Siapakah orang yang aku pukul tadi??”
            Beberapa saat lamanya tidak ada yang tampil, maka beliau bersabda lagi, “Apabila ia ada di tengah-tengah jamaah ini, hendaklah ia berdiri!!”
            Sahabat Muhajirin itu akhirnya berdiri juga dengan rasa khawatir dan takut karena merasa telah ‘mengganggu’ Rasulullah SAW. Ia berkata, “Saya berlindung kepada Allah, kemudian berlindung kepada Rasul-Nya!!”
            “Datanglah engkau ke sini!!” Kata Nabi SAW.
            Ia segera mendatangi dan berdiri di hadapan beliau. Nabi SAW memberikan kepadanya cambuk yang tadi dipakai memukulnya, sambil duduk beliau bersabda, “Pukullah aku sebagaimana aku telah memukul engkau tadi!!”
            Ia berkata, “Saya tidak akan memukul Rasulullah (SAW)!!”
            Beliau bersabda lagi, “Tidak apa-apa, pukullah aku!!”
            Sahabat Muhajirin itu tampak gemetar, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau ia memukul junjungan dan kecintaannya, Nabi SAW. Ia berkata lagi, “Saya tidak akan memukul Rasulullah (SAW)!!”
            Nabi SAW memahami kondisi kejiwaan sahabat Muhajirin tersebut, maka beliau berkata lebih lembut, “Tidak bisa tidak, engkau harus memukul aku, atau engkau memaafkan aku!!”
            Sahabat Muhajirin itu melepas cambuk Nabi SAW yang dipegangnya dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya telah memaafkan engkau!!”
            Setelah itu ia kembali ke tempatnya sambil menangis, tidak disangkanya sikapnya itu telah menimbulkan kesulitan bagi Nabi SAW. Beliau berdiri menghadap para jamaah dan bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhanmu, dan tidaklah seseorang dari kalian menganiaya (mendzalimi) seseorang yang beriman, kecuali Allah akan membalasnya nanti pada hari kiamat!!”
            Dosa kedzaliman (penganiayaan) kepada sesama manusia, apalagi kepada sesama orang beriman, sungguh sangat berat bebannya di akhirat. Kalau hanya dosa kepada Allah semata, mungkin bisa diharapkan ampunan-Nya karena memang Allah Maha Pemurah dan Maha Pengampun. Tetapi jika dosa itu menyangkut kedzaliman kepada sesama manusia, baik dalam harta ataupun kehormatannya, maka Allah tidak akan pernah memaafkannya kecuali jika orang yang didzaliminya itu memaafkan atau menghalalkannya. Itulah sebabnya dalam peristiwa tersebut di atas, Nabi SAW meminta sang sahabat Muhajirin memukul balik beliau sebagai qishash, atau ia memaafkan beliau. Padahal dalam peristiwa tersebut, sahabat Muhajirin itu sendiri yang menjadi penyebabnya.
            Sufyan ats Tsauri, salah seorang ulama di masa tabi’in (yakni, orang-orang yang berguru langsung kepada sahabat Nabi SAW) pernah berkata, “Apabila kamu menghadap Allah dengan 70 dosa yang berkaitan antara engkau dengan Allah SWT, hal itu lebih ringan bagimu daripada engkau menghadap Allah dengan membawa satu dosa yang berkaitan dengan sesama manusia.”
            Wallahu A’lam.

Note:tg2-79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar