Selasa, 10 September 2013

Karena Istiqomah Membaca Al Ikhlas

            Ketika Nabi SAW sedang duduk bersama beberapa sahabat di gerbang Kota Madinah, datanglah iring-iringan jenazah yang dibawa beberapa sahabat lainnya mendekati Nabi SAW. Beliau langsung berdiri menyambut dan berkata, “Apakah ia (jenazah itu) memiliki hutang??”
            Salah satu dari mereka berkata, “Ya, wahai Rasulullah, empat dirham!!”
            Nabi SAW bersabda, “Shalatilah dia, dan aku tidak mau (dilarang) untuk menyalatkan orang yang mempunyai hutang!!”
            Tetapi sesaat kemudian datang seseorang tidak dikenal yang menyatakan akan membayar hutang jenazah itu. Ia menyerahkan empat dirham kepada sahabat yang mengiringkan jenazahnya, dan tanpa disadari oleh siapapun, tiba-tiba orang itu menghilang.
            Pada saat yang sama dengan lenyapnya lelaki misterius itu, Malaikat Jibril datang pada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Muhammad, Allah mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu : Aku mengutus Jibril menyerupai manusia dan membayarkan hutangnya!!”
            Kemudian Jibril meneruskan perkataannya, “Shalatilah dia karena dia telah diampuni. Dan Allah juga berfirman, bahwa siapapun yang menyalatinya, maka ia akan diampuni!!”
            Nabi SAW tampak terharu sekaligus gembira mendengar derajad yang diterima umatnya itu, padahal ia meninggal dengan meninggalkan hutang. Beliau berkata, “Wahai saudaraku Jibril, bagaimana ia mendapatkan kemuliaan yang seperti itu??”
            Malaikat Jibril berkata, “Setiap harinya ia selalu membaca (menjadikan wirid dan dzikr) surat Al Ikhlas sebanyak seratus sekali. Sesungguhnya dalam surat tersebut dijelaskan tentang sifat-sifat Allah dan pujian bagi-Nya!!”

Note:mu76

Pilihan Bersabar dan Kesembuhan

            Suatu ketika setelah wafatnya Nabi SAW, sahabat Abdullah bin Abbas tengah berbincang dengan salah seorang muridnya, seorang Tabi'in bernama Atha' bin Abi Rabah. Tiba-tiba melintas seorang wanita berkulit hitam di depan keduanya, seketika Ibnu Abbas berkata, "Maukah aku tunjukkan kepadamu salah seorang wanita ahli surga?"     
            Walau sempat tidak mengerti dengan perubahan arah pembicaraan, seketika Atha berkata, "Ya, saya mau!!"
            "Itulah dia orangnya!" Kata Ibnu Abbas, sambil menunjuk seorang wanita berkulit hitam yang baru melintasi mereka.
            Kemudian Ibnu Abbas menceritakan bahwa wanita berkulit hitam tersebut pernah datang menghadap Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya mempunyai seorang ayah yang sudah tua (yang saya harus merawatnya) dan saya mempunyai penyakit ayan. Sesungguhnya pernah terbuka aurat saya karena penyakit saya tersebut tanpa saya menyadarinya. Karena itu saya mohon engkau bersedia berdoa kepada Allah agar penyakit saya itu sembuh!!"
            Tentunya suatu permintaan yang wajar, karena ia mempunyai kewajiban atas ayahnya dan adanya kemadharatan karena penyakitnya tersebut. Tetapi Nabi SAW menanggapinya dengan pandangan kasih sayang, dan sambil tersenyum beliau bersabda, "Bila kamu mau bersabar atas semua itu, kamu (pasti) akan mendapatkan surga. Tetapi jika engkau tetap meminta, aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkan penyakitmu itu, dan engkau pasti sembuh!!"
            Tanpa berfikir panjang lagi wanita berkulit hitam itu berkata, "Saya akan bersabar, ya Rasulullah!!"
            Setelah mengucap terima kasih, wanita itu akan berlalu, tetapi kemudian ia berkata lagi, "Wahai Rasulullah, terkadang aurat saya terbuka ketika penyakit tersebut menyerang, karena itu doakanlah agar aurat saya tidak pernah terbuka lagi!!"            
            Kali ini Nabi SAW memenuhi permintaan wanita tersebut, karena hal itu merupakan sesuatu yang memang diperintahkan agama untuk menjaga agar aurat jangan sampai terbuka.
            Wanita tersebut tetap menjalankan kewajibannya merawat ayahnya dengan menanggung penyakit ayan, yang sewaktu-waktu menyerangnya (kambuh), namun kali ini auratnya tidak pernah lagi terbuka ketika kesadarannya menghilang. Ia tetap menjalaninya dengan sabar sesuai janjinya kepada Nabi SAW.
            Peristiwa yang mirip terjadi pada sahabat Abu Sufyan bin Harb, yang juga salah satu mertua Nabi SAW. Pemimpin kaum kafir Quraisy setelah tewasnya para tokoh mereka di Perang Badar ini bisa dikatakan agak terlambat memeluk Islam, yakni setelah terjadinya Fathul Makkah. Karena itu ia merasa jauh tertinggal dalam kebaikan dibandingkan dengan para sahabat Muhajirin dan Anshar. Namun demikian ada peristiwa kecil yang membuatnya memperoleh jaminan surga, sebagaimana kelompok sahabat as sabiqunal awwalin tersebut (Kaum Muhajirin dan Anshar).
            Setelah keislamannya, Abu Sufyan mengikuti Nabi SAW dalam Perang Hunain dan Perang Thaif. Dalam pengepungan benteng Thaif, ketika ia sedang makan di kebun Abu Ya'la, Sa'id bin Ubaid, salah seorang tokoh Thaif berhasil memanahnya dan melukai matanya. Walau lukanya tidak parah, tetapi matanya jadi selalu berair dan pandangannya terganggu. Karena itu ia datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, mataku ini cedera di jalan Allah!"
            Mendengar penuturannya itu, Nabi SAW tersenyum dan bersabda, "Jika kamu mau, aku akan berdoa kepada Allah agar penglihatanmu kembali seperti sediakala. Atau jika tidak (yakni tetap bersabar dalam kesakitan itu), untukmu surga karena cederamu ini!"
            Langsung saja Abu Sufyan berkata, "Aku memilih surga saja, wahai Rasulullah!"